"Mahfud kritis dan tajam melihat ide konvensi ini ternyata hanya digunakan sebagai alat pencitraan semata untuk menaikkan elektabilitas partai yang menyelenggarakannya," kata Martin, kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis malam (29/8).
Menurut Ketua Fraksi Gerindra di MPR ini, para tokoh yang diajak ikut konvensi hanya dijadikan sebagai aktor yang bermain dalam sebuah skenario "sang sutradara".
"Saya yakin Mahfud menyadari benar hal itu, maka dia menolak untuk ikut. Pengamatannya yang tajam disertai integritas tinggi mendukung keberaniannya mengambil sikap," tambah Martin.
Martin melanjutkan, Mahfud kini bermain di panggung yang diciptakannya sendiri. Apapun hasilnya, Mahfud sudah menunjukkan kelasnya yang memang beda dari tokoh politik lain. Bukan menjadi figuran di panggung yang dibuat orang lain tanpa ada jaminan akan dicalonkan, karena untuk dicalonkan menjadi Capres haruslah didukung perolehan 20 persen kursi di DPR.
Sementara, hasil berbagai survei memprediksi bahwa Demokrat akan jauh di bawah perolehan 20 persen. Bahkan, masih di bawah Partai Gerindra yang sekarang di posisi ketiga (survei Litbang Kompas).
"Keberanian menolak membuktikan Mahfud adalah calon Presiden sejati yang memiliki visi berpikir tajam, independensi dan kepercayaan diri tinggi," tandas anggota Komisi III DPR ini. [zul]
BERITA TERKAIT: