Kalau penyadapan dilakukan, Pemerintah AS dan Inggris kerap mengatakan Dinas Intelijen beroperasi secara independen di luar kontrol. Hal itu karena watak AS dan Inggris sebagai imperialis, tidak bisa dipercaya dan sikapnya sebagai manipulator tidak berubah, karena ternyata Pemerintah menggunakan informasi curian tersebut.
"Sehingga masalah inilah yang serbenarnya dapat diangkat sebagai alasan Pemerintah meminta klarifikasi atas isu penyadapan ini," ujar mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara, Letjen Purn HM Soedibyo dalam keterangannya (Kamis, 1/8).
Makanya, dia menambahkan, apabila disebutkan
whistle blower informasi tersebut adalah Edward Snowden, ada kemungkinan isu penyadapan dalam rangka pengkhianatan maksimal kepada AS oleh mantan anggota CIA yang sekarang berlindung di Rusia tersebut. “Sampai sekarang belum disebutkan apa motif pengkhianatan Edward Snowden kepada CIA,†tegas Soedibyo.
Tetapi ada kemungkinan isu penyadapan ini justru rekayasa CIA dalam rangka memburu dan menghabisi nyawanya dengan menciptakan kebencian. Karena jelas Edward Snowden terlibat dalam aksi penyadapan tersebut.
“CIA dapat mengatakan penyadapan yang dilakukan Snowden terhadap beberapa Kepala Negara Asia adalah inisiatifnya sendiri bukan perintah Direktur CIA,†cetus Soedibyo sambil menyarankan, dalam rangka memastikan apakah bernar-benar terjadi penyadapan atau tidak BIN harus melakukan konfirmasi kepada CIA.
Diberitakan media Australia, saat bersama delegasi Indonesia hendak melakukan kunjungan ke London dalam acara G-20, Presiden SBY disadap. Penyadapan berkaitan dengan posisi Australia di dewan keamanan PBB.
Kepala BIN, Marciano Norman, menyebut ada pria berinisial ES dalam kasus penyadapan Presiden SBY tersebut.
"Satu hal yang harus kita pahami bahwa sumber berita itu yang namanya ES yang sekarang ada di salah satu negara pelariannya, jangan dianggap akurat 100 persen," kata Marciano Norman yang kemungkinan ES ditujukan kepada Edward Snowden.
[zul]
BERITA TERKAIT: