Dalam sejarah Islam, wafatnya Khadijah, dan juga wafatnya paman Nabi Muhammad, Abu Thalib, di tahun yang sama, dikenal dengan
'am al khuzni, atau tahun duka cita. Disebut tahun duka cita sebab kedua sosok inilah yang selama ini menjadi pembela utama Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam.
Setelah kepergian Khadijah dan Abu Thalib, sebagaimana dicatat oleh ulama Suriah, Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, dalam karyanya
Sirah Nabawiyah, dengan mengutip Ibnu Hisyam, serangan kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad dan umat Islam semakin leluasa. Setelah Khadijah ibu Fathimah dan Abu Thalib ayah Ali meninggal dunia, jalan dakwah menjadi sangat berat dilalui.
Khadijah memang merupakan sosok yang fenomenal dan menjadi teladan bagi umat Islam, khususnya muslimah. Integritas, perjuangan, komitmen, kesucian diri Khadijah tercatat sebagai pilar utama dakwah Rasulullah SAW di masa-masa awal.
Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, dan saat itu Nabi Muhammad berusia 25 tahun. Khadijah, yang sebelumnya memberi kepercayaan kepada Nabi Muhammad untuk menjual barang dagangannya, tertarik dengan sifat jujur Nabi Muhammad. Saat muda, memang Nabi Muhammad dikenal oleh penduduk Mekkah sebagai
Al Amien, atau orang yang bisa dipercaya.
Saat itu, Khadijah merupakan saudagar yang sangat dihormati. Saat Rasulullah menerima wahyu dari Tuhan, Khadijah lah orang yang pertama beriman. Dan setelah beriman, semua kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dakwah Islam. Tak heran ada penulis yang menyebut Khadijah sebagai
the true love story of Muhammad SAW. Soal Khadijah, Rasulullah SAW bersabda,
"Demi Allah, Khadijah adalah anugerah terbesar dari Allah untukku. Dia beriman kepadaku ketika semua orang mengingkariku dan dia membenarkanku ketika semua orang mendustakanku." [ysa]
BERITA TERKAIT: