Bulog baru diberi peran untuk stabilisasi harga setelah pemerintah kaget melihat harga kian tidak terkendali. Apa yang dilakukan pemerintah dan Bulog saat ini dianggap sudah terlambat. Tapi pemerintah tidak boleh berdiam diri. Harus ada upaya selain melakukan program jangka pendek seperti impor. Solusi yang dilakukan saat ini adalah solusi stabilisasi jangka pendek. Kalau ada gejolak harga yang berlebihan, Bulog melakukan intervensi. Tetapi Bulog juga harus didukung dengan budget yang cukup.
"Setahu saya budget itu diskusinya sudah ada, rapat para menteri sudah, tapi budgeting-nya tidak turun. Sama saja orang disuruh perang tapi tidak ada senjatanya. Baru belakangan ini setelah panik, saya dengar budget-nya turun," kata ekonom senior, Rizal Ramli, beberapa saat lalu (Rabu, 17/7).
Dan menurut mantan Menko Perekonomian ini, yang paling penting adalah kebijakan strategis untuk tanaman pangan. Itu hanya bisa dilakukan, salah satunya, jika ada aturan dan rumusan jelas untuk rasio antara gabah dengan harga pupuk.
"Dulu, zaman Pak Harto, rasionya selalu dijaga harga gabah itu tiga kali, harga pupuk dua kali. Jadi selalu ada keuntungan buat petani 50 persen. Nah kalau sekarang harga pupuk sering lebih tinggi dari harga gabahnya, jadi enggak masuk hitunganya," ucapnya.
Secara prinsip harus ada kebijakan harga atau pricing policy sehingga harga gabah itu selalu lebih tinggi daripada harga pupuk, sehingga marginnya, apakah 60 persen atau 70 persen, bisa dinikmati oleh petani sehingga petani bersemangat untuk menanam padi atau produk pangan yang lain.
Ia tegaskan, kalau Indonesia mau sektor pangannya maju, Indonesia harus berani ekspor pangan, tidak hanya impor pangan. Harus ada kebijakan harga atau
pricing policy yang menguntungkan produsen. Apakah itu petani padi, petani gula atau petani ternak. Caranya bagaimana? Ongkos produksi harus ditekan semurah mungkin.
"Contohnya, kalau harga pupuk mahal jangan mimpi produksi beras di Indonesia naik. Jadi pemerintah harus usahakan harga pupuk yang jauh lebih murah untuk di dalam negeri," terang mantan Kepala Bulog ini.
Demikian juga dengan ternak. Harga pakan ternak di Indonesia itu terlalu mahal, karena terlalu banyak hambatan biaya yang harusnya pemerintah kurangi.
"Harga pakan ternak murah dan Indonesia harusnya bisa murah karena bahannya banyak dari dalam negeri, misalnya tepung ikan dan lain-lain, tidak perlu impor. Kalau ini dilakukan maka petani di Indonesia akan untung," tambahnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: