Kantor Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur mendadak ramai, Rabu pagi (16/1). Puluhan orang berkerumun di tengah ruangan. Di situ disemayamkan jenazah Mak Inah.
“Jenazah sudah disemayamkan di sini sejak jam 9 malam (SeÂlasa),†kata Bambang Pangestu, Lurah Kampung Melayu.
Jenazah perempuan yang wafat di usia 82 tahun itu diÂseÂmaÂyamÂkan di kantor kelurahan. Sebab, ruÂmahnya di RT 06 RW 08, Tanah Rendah, Kampung Melayu, JaÂkarta Timur terendam banjir. KeÂtinggian air mencapai tiga meter.
Proses persemayaman berÂlangÂsung darurat. Jenazah diÂbaÂringÂkan di atas tempat tidur lipat dan ditutupi kain jarik. Lantaran aliÂran listrik di kelurahan padam, peÂnerangan ruangan mengÂguÂnaÂkan beberapa lilin. Malam seÂbeÂlumnya, penerangan mengÂguÂnaÂkan lampu minyak.
Setelah 12 jam disemayamkan, puÂluhan warga mengantarkan jaÂsad Mak Inah ke TPU Kober, Rawa Bunga, Jakarta Timur unÂtuk dimakamkan.
Sebelum jenazah dibawa ke peÂmakaman, warga yang meÂngungsi di kelurahan memaÂnÂjatÂkan doa bersama untuk alÂmarÂhuÂmah. Agus, anak Mak Inah pasrah atas kematian ibunya di tengah banjir. “Itu sudah suratan takdir Illahi,†katanya.
Agus menuturnya, ibunya meÂninggal dunia ketika air sudah memÂbanjiri rumah setinggi 40 senÂtimeter. Saat air masuk rumah, Mak Inah terbaring sakit. Lantai di bawah ranjangnya sudah diÂgeÂnangi air. “Sakit juga. Kedinginan juga,†kata Agus menyebutkan peÂnyebab kematian ibunya.
“Rumah kan banjir, karena keÂbaÂnjiran makanya (jenazah) diÂbawa ke sini (tempat peÂngungÂsian). Apalagi rumah pas pinggir kali,†katanya.
Bambang mendapat keteÂraÂngan dari pihak keluarga bahwa Mak Inah meninggal ketika henÂdak diungsikan.
“Pas semua suÂdah disiapkan, baÂrang-barang dibereskan. Saat henÂdak dibawa keluarga (meÂngungsi), Mak Inah sudah kaku. Sudah meninggal,†katanya.
Banjir kali juga menelan korÂban remaja berusia 13 tahun. Angga, warga Tanjung Duren UtaÂra, Jakarta Barat meninggal kaÂrena terseret arus Kali SekÂreÂtaris yang meluap, Selasa malam.
Belum lama, seorang korban banjir meninggal di tempat peÂngungsian. M Sholeh, 70 tahun, warga Kampung Melayu, Jakarta TiÂmur meninggal di basement Rumah Sakit Hermina, yang diÂjadikan tempat peÂngungÂsian. DiÂduga, korban meninggal karena kedinginan.
Kantor Kelurahan Kampung MeÂlayu menjadi salah satu temÂpat pengungsian korban banjir. Kantor berlantai dua itu disesaki ratusan pengungsi.
Lantai satu digunakan untuk menyimpan logistik kebutuhan pengungsi. Lantai di atas dipakai untuk tempat pengungsian. RuaÂngan aula di lantai atas dilapisi terpal dan karpet kain tipis. Di sinilah tempat para pengungsi beristirahat.
Pengamatan Rakyat Merdeka, pakaian basah dan kotor dijemur di dinding teras di lantai dua. Sebab di dalam sudah tak ada lagi tempat menjemur pakaian.
Menurut Bambang, warga di Kelurahan Kampung Melayu yang mengungsi lebih dari 2 ribu orang. Mereka tersebar di 16 loÂkasi pengungsian.
Warga yang mengungsi di kantor kelurahan berjumlah 100 orang. “Kalau dikumpulkan menjadi satu di kantor kelurahan tidak cukup karena jumlah warga yang mengungsi sebanyak 2 ribu orang lebih,†katanya.
Bambang mengatakan 74 RT di delapan RW di Kelurahan KamÂpung Melayu terkena banjir. “PaÂling rendah 30 cm dan paling daÂlam 4 meter, terutama yang ruÂmahÂnya di pinggir sungai,†katanya.
Sebelum banjir datang, BamÂbang mengaku sudah meÂmÂpeÂringatkan warga melalui pengeras suara agar segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Namun sebagian warga tetap berÂtahan, tak mau mengungsi. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa bila warga memilih tetap berÂtaÂhan di rumahnya. Itu hak mereka. Tapi, bila sewaktu-waktu mereka meminta bantuan evakuasi kami siap membantunya kapan saja,†kata pria berkaca mata ini.
Bambang mengatakan obat-obatan untuk pengungsi, sudah mencukupi. Namun untuk maÂkanan dan minuman masih kuÂrang. Juga susu untuk bayi dan balita. “Bila ada warga yang ingin memberi bantuan kepada korban banjir kami siap menerimanya, kapan saja,†katanya.
Bambang belum bisa meÂmasÂtikan sampai kapan kantor keÂluÂrahan ini menjadi tempat peÂngungsian. Sebab banjir masih menggenangi rumah-rumah warÂga. Hujan juga masih terus turun seÂhingga Kali Ciliwung bisa sewaktu-waktu meluap.
Banjir Belum Teratasi, Perbanyak Sumur Resapan
Anggarannya Rp 250 Miliar
Kawasan yang kerap dilanda banjir sudah dipetakan. Gubernur DKI Jakara Joko Widodo meÂnarÂgetkan bisa mengurangi delapan hingga 12 titik banjir per tahun.
Menurut Jokowi, kawasan yang rawan banjir itu berada di dekat sungai. Untuk mengurangi kaÂwasan rawan banjir itu piÂhakÂnya akan melakukan normalisasi beberapa sungai.
Untuk tahap awal, kata dia, normalisasi akan dilakukan di sungai Pesanggrahan, Angke, dan Sunter. Penggerukan dan peÂleÂbaran sungai-sungai itu diÂhaÂrapÂkan bisa mengurangi kawasan banjir. “Kami ingin setahun bisa mengurangi 8-12 titik banjir,†katanya.
“Kami belum bisa bergerak sekarang buat pengerukan karena masih banjir. Mau ngeruk sungai gimana?†lanjutnya.
Normalisasi ini juga masih terÂkendala pembebasan lahan. SeÂpanjang 2012, Pemerintah ProÂpinsi DKI telah mengeluarkan dana sebesar Rp 450 miliar untuk pembebasan lahan.
Selain normalisasi, peÂnguÂraÂngan titik banjir juga dilakukan deÂngan memperbanyak sumur-sumur resapan. Ini berfungsi untuk meÂnyerap air ketika hujan turun.
Rencananya, tahun ini PemÂprop DKI akan membuat seÂbaÂnyak 10 ribu sumur resapan yang tersebar di lima wilayah kota.
Menurut Jokowi, pihaknya telah mengajukan dana sebesar Rp 250 miliar untuk pembuatan suÂmur resapan. “APBD kan beÂlum diketok oleh dewan,†katanya.
Untuk mengatasi banjir dalam jangka pendek, Pemprop DKI akan mengoptimalisasikan fungsi pompa air yang tersebar di JaÂkarta. Juga mengerahkan pompa air moÂbile untuk mengurangi genangan.
Jumlah pompa yang siap berÂoperasi di Jakarta mencapai 344 unit yang tersebar di 120 lokasi raÂwan banjir. Total kapasitasnya 356,95 meter kubik per detik.
Jokowi memastikan bahwa peÂnanganan terhadap korban banjir telah siap dilakukan. Ia bahkan melakukan pengecekan langsung ke beberapa lokasi.
“Tindakan laÂpangan seperti itu sudah kami siapkan untuk meÂngatasi banjir. Tetapi memang perÂlu jangka menengah dan jangÂka panjang untuk mengatasi banÂjir Jakarta,†katanya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meÂngatakan belum bisa menghindari ribuan warga ibu kota dari anÂcaman banjir.
Namun dia memastikan bahwa para warga yang jadi korban banÂjir dan para pengungsi akan diÂjaÂmin kebutuhan hidupnya.
“Kita amankan soal makanan dan segala macam. Termasuk soal kesehatan. Kita memang beÂlum bisa melakukan apa-apa seÂlain pengamanan itu,†katanya.
Basuki mengatakan usai muÂsim penghujan Pemprop DKI akan melakukan pembenahan sisÂtem pengairan. Juga mÂeÂlaÂkuÂkan upaya antisipasi. Yakni dengan meÂmasang radar hujan yang meÂrupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan TekÂnologi (BPPT).
“Sudah secara prinsip dipasang untuk mengurangi curah hujan, kita takut kiriman curah hujan tinggi Jakarta, yang kita paling kuatir kan itu,†katanya.
Menurutnya, pemasangan radar tersebut rencananya bulan Oktober. Saat itu merupakan awal musim hujan.
Sistem antisipasi juga akan diintegrasikan dengan pembagian tanggung jawab sejumlah dinas. Dinas Kebersihan, misalnya, meÂnangani kebersihan dan peÂngeÂloÂlaan sampah.
“Itu sudah pernah diujiÂcobaÂkan waktu PON (Pekan Olah Raga Nasional) di Palembang. Ya pada prinsipnya saya sudah seÂtuju. KaÂrena curah hujan terÂjadi di Jakarta tahu sendiri kan? Selokan-seÂloÂkan semua penuh. PaÂling bisa teraÂsa efektif OktoÂber,†katanya.
8 Ribu Orang Mengungsi
Kepala Bidang Informatika Badan Penanggulangan BenÂcana Daerah (BPBD) DKI JaÂkarta, Bambang Suryaputra mengatakan, kawasan yang paling parah tergenang terkena banjir yakni di Kelurahan KamÂpung Melayu, Jakarta Timur. KeÂtinggian air di kawasan ini mencapai tiga meter.
Hasil pendataan, banjir meÂlanda 50 kelurahan di seluruh Jakarta. Pihaknya juga mendata jumlah pengungsi banjir.
Bambang mengungkapkan, jumlah pengungsi terbanyak ada di Kelurahan Bidaracina, Jakarta Timur. Jumlahnya 2.400 pengungsi.
Disusul kemudian Kelurahan Kampung Melayu (Jaktim) seÂbaÂnyak 2.257 pengungsi, KeÂluÂrahan Rawa Buaya (Jakbar) 2.202 pengungsi dan Kelurahan Bukit Duri (Jaksel) dengan 1.151 pengungsi. Jumlah peÂngungÂsi keseluruhan 8.010 orang.
Secara keseluruhan, kata Bambang, warga yang terÂdamÂpak banjir kali ini mencapai 60.723 jiwa yang berasal dari 349 RT, 138 RW, dan 19.358 keÂpala keluarga (KK).
Ia mengatakan, bantuan keÂpada para pengungsi langÂsung didistribusikan melalui lurah dan camat. Selain itu, Dinas SoÂsial DKI Jakarta juga langsung mendirikan dapur umum serta menyuplai makanan untuk para pengungsi.
Kepala Dinas Kesehatan DKI JaÂkarta, Dien Emmawati meÂngatakan, pihaknya telah meÂnÂdirikan 30 posko kesehatan yang tersebar di lima wilayah.
Bahkan di wilayah yang terÂdapat pengungsi, posko keÂseÂhatan siaga 24 jam. Sedangkan yang tidak ada pengungsi, posÂko kesehatan hanya siaga hiÂngÂga pukul 8 malam.
“Posko keÂseÂhatan sudah kita dirikan sejak kemarin (Selasa),†katanya. Di masing-masing posÂÂko, kata Dien, terdapat empat tenaga medis. Sejauh ini, delaÂpan pasien korban banjir telah dirujuk ke rumah sakit karena terserang berbagai penyakit.
Di Jakarta Timur, tiga pasien yang mengeluh sakit asma dan jantung dirujuk ke RSUD Budi Asih. Kemudian di Jakarta Selatan tiga orang dirujuk ke RS Fatmawati. “Paling banyak keÂluhan warga yakni asma, hiÂperÂtensi, diare, batuk, pilek, dan gaÂtal-gatal,†katanya.
Menurut Dien, semua pasien itu diupayakan bisa dirawat di posko. Tetapi bila parah, pasien diÂrujuk ke rumah sakit. KorÂban banÂjir yang menderita sakit tak diÂpungut biaya untuk berÂobat di posÂko kesehatan maÂuÂpun rumah sakit.
“Kalau parah langsung kami rujuk ke rumah sakit. Ambulans kami upayakan standby juga. SeÂmua biayanya gratis bagi korÂban banjir. Baik di posko keÂseÂhatan maupun rumah sakit,†katanya.
Polisi Amankan Rumah Warga Tak Berpenghuni
Kepolisian Daerah MetroÂpoÂlitan Jakarta Raya meÂnyiÂaÂgaÂkan sejumlah personel dan peÂraÂlatan evakuasi untuk memÂbantu warga yang terjebak banjir.
“Anggota disiagakan di PolÂres sebanyak satu peleton dan Polda Metro Jaya sekitar tiga peÂleton,†kata Kepala Bidang Humas PolÂda Metro Jaya, Rikwanto.
Rikwanto mengatakan, Polda Metro Jaya mengerahkan perÂsonel dari Sabhara, Lalu Lintas dan Brimob. Personel polisi akan membantu proses evaÂkuasi dan menjaga rumah warÂga yang ditinggalkan peÂngÂhuÂniÂnya karena mengungsi ke loÂkasi penampungan.
Polda Metro Jaya juga memÂbentuk Satuan Tugas (Satgas) penanggulangan banjir dengan masa kerja tiga hari. Satgas ini diÂbentuk di setiap Polres. JumÂlahÂnya satu peleton atau 25 orang.
Polda Metro Jaya mengeÂrahÂkan enam perahu karet dan 14 rakit buatan untuk mengÂevaÂkuasi warga yang terjebak banjir.
Perahu karet disiagakan satu regu kepolisian. Tiap-tiap regu terdiri dari 11 personel. Regu-regu siaga ini berjaga serta menÂÂjalankan tugasnya masing-maÂsing di setiap posko siaga.
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga menurunkan dua kompi petugas guna meÂngatur lalu lintas di sekitar ruas jalan yang tergenang air.
“Kita lakukan pengalihan arus yang diprediksi akan terÂjadi kepadatan kendaraan,†kata Wakil Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris BeÂsar Polisi Wahyono.
Kepala Biro Penerangan MaÂsyarakat Mabes Polri Boy Rafli Amar mengatakan, kepolisian sudah mengambil sejumlah langÂkah mengantipasi kemaÂceÂtan di Jakarta akibat sejumlah wiÂlayah terendam banjir.
“Banjir itu faktor alam yang harus kita atasi, setiap petugas lantas akan berjaga untuk meÂngurai kemacetan. Kalau Polri kaitannya lebih pada sarana dan prasarana jalan,†katanya.
Boy mengatakan, Polri juga secara umum terus mencari soÂlusi kemacetan di Jakarta yang sudah sangat mengkhawatirkan.
“Kita telah menjalin kerÂjaÂsama dengan Dinas PerÂhuÂbuÂngan dengan melakukan peÂrÂbaÂnyakan sarana dan prasarana penunjang,†katanya.
“Di Jakarta ini ada 600 titik raÂwan kemacetan, hanya akan berkurang pada pukul 12 malam hingga pukul 4 pagi,†katanya.
Kemacetan di Jakarta, meÂnurut Boy, perlu di atasi dengan cara konkret.
Sebab perbandingan jumlah jalan dan kendaraan sudah tidak seimbang. “Kita mengarah pada perbaikan total transportasi pubÂÂlik. MRT, dan ruas jalan tol. Ruas jalan bertambah bisa menÂcairkan konflik-konflik arus di perempatan,†tutupnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.