Melanjutkan rangkaian demonstrasi di waktu lalu, Persatuan Mahasiswa Indonesia kembali menyambangi Gedung Telkomsel, Gatot Subroto, Jakarta (Senin siang,19/11).
Menurut mereka, kasus pailit Telkomsel membuka mata publik bahwa sepak terjang Alex Sinaga di puncak Telkomsel, laksana orang yang demam panggung. Baru menjabat kurang dari enam bulan sejak Mei lalu, Alex dianggap melakukan kesalahan fatal sehingga Telkomsel diputus pailit.
Dalam siaran persnya, Kordinator Aksi PMI, Ariyotomo, menegaskan, keterpurukan Telkomsel menunjukkan lemahnya kepemimpinan dan tidak becusnya Direksi dalam menjalankan perusahaan secara profesional. Akibat putusan Pengadilan Niaga tersebut, Telkomsel terancam hilang dari peta industri telekomunikasi yang selama 17 tahun terakhir mereka kuasai. Jika itu terjadi, maka hal ini adalah malapetaka terbesar bagi negara. Pasalnya, dengan 120 juta pelanggan dan market share mencapai 43 persen, Telkomsel adalah perusahaan yang menjadi penyumbang terbesar kedua bagi negara (setelah Pertamina).
"Hantu pailit telah mengancam kinerja jaringan yang akan berdampak pada QoS (Quality of service) yang ujung-ujungnya merugikan pelanggan," tegasnya.
Telkomsel sendiri telah mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung pada tanggal 21 September lalu. Diharapkan pada awal Desember nanti, putusan itu sudah bisa keluar
PMI juga pernah melakukan aksi serupa pada Kamis lalu (8/11). Dari data yang didapat PMI, pada tahun 2010, PT Telkom memenangkan proyek MPLIK (Mobil Penyedia Layanan Internet Kecamatan), di mana program tersebut telah menelan dana APBN sebesar Rp 520 milliar.
Saat ini program tersebut masih kacau, karena kuat dugaan, proyek itu telah menghilangkan dana sebesar Rp 30 miliar, yang pengelolaan programnya dikerjakan oleh Arif Yahya (Dirut Telkom sekarang) yang kala itu masih menjabat sebagai salah satu Direktur di PT Telkom.
[ald]
BERITA TERKAIT: