Namun, para pemilik warteg terpaksa harus bersikap ketika ada seorang calon wakil gubernur, Basuki Tjahaja Purnama, yang menyinggung manajemen warteg kala mengkritik kompetitornya dalam sesi debat kandidat
Metro TV, dua malam lalu.
"Kami non politis. Tapi pas lagi debat kandidat ada yang menyatakan, mengurus busway jangan sampai seperti manajemen warteg. Ini ada apa? Sebagai pengurus forum komunikasi masyarakat Tegal di Jakarta, kami sebagai pemilik warteg merasa tersinggung," kata Koordinator Forum Komunikasi Tegal di Jakarta, Imam Sofyan, kepada wartawan di warteg Pancoran, Cikoko Barat I, Jakarta Selatan, Selasa siang (18/9).
Dia sayangkan Basuki alias Ahok, tidak menjelaskan secara spesifik maksud pernyataannya.
"Akhirnya, kami menafsirkan negatif. Kami selaku pengurus warteg tidak menerima," jelasnya.
Dia tegaskan, warga Tegal di Jakarta tidak bodoh politik meski awalnya memilih untuk pasif dalam pagelaran pesta rakyat DKI ini.
"Kami saat ini masih non politis dan tidak diseret ke dalam tim sukses. Saya rasa pengusaha warteg di Jakarta bisa memberikan penafsiran sendiri. Kita sudah pintar untuk menafsirkan pernyataan itu. Jangan pandang sebelah mata, kontribusi warteg cukup besar dalam membangun perekonomian di republik ini," tuturnya kesal.
Sebelumnya, Calon Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama, sudah meluruskan tuduhan kepadanya bahwa dirinya melecehkan para pengusaha warung tegal (warteg) dalam sebuah kalimat pada sesi debat kandidat Cagub-Cawagub di
Metro TV.Maksud dari pernyataannya waktu itu, aku Ahok, adalah agar manajemen transportasi yang memerlukan teknologi dan biaya tinggi jangan dikelola dengan manajemen yang sederhana, tetapi sebaiknya dikelola dengan manajemen secara profesional sesuai tata kelola manajemen transportasi yang baik dan benar.
[ald]
BERITA TERKAIT: