Lima maestro Indonesia melibatkan diri dalam proyek besar "Indonesia Tanpa Diskriminasi" yang digagas pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA. Kelima maestro itu, Sutardji Calzoum Bachri (pujangga), Putu Wijaya (sastrawan), Niniek L. Karim (aktris), Ine Febrianti (aktris), dan Sujiwo Tejo-Fatin Hamamah (budayawan), membacakan lima puisi esai yang ditulis Denny JA dan telah diterbitkan sebagai buku "Atas Nama Cinta". Durasi masing-masing pembacaan puisi sekitar 40 menit.
Sutardji Calzoum Bachri membaca puisi "Minah Tetap Dipancungâ€; Putu Wijaya membaca puisi “Sapu Tangan Fang Yinâ€; Niniek L. Karim membaca puisi “Bunga Kering Perpisahan†dan Ine Febrianti membaca puisi “Cinta Terlarang Batman dan Robinâ€. Adapun Sujiwo Tejo-Fatin Hamamah membaca puisi “Romi dan Yuli dari Cikeusik.â€
Sekarang puisi esai Denny JA yang dibacakan para maestro itu pun bisa diakses di situs Youtube.
"Pembacaan puisi esai Denny JA oleh kelima maestro yang disebarkan melalui situs Youtube ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat Indonesia mengenai bahaya diskriminasi yang berujung kepada kematian," ujar Denny JA.
Kelima puisi itu juga sedang disadur ke dalam bentuk naskah drama monoplay dan musikal. Buku yang sedang disiapkan ini ditulis oleh antara lain oleh Indra Trenggono, Isti Nugroho, dan Simon HT. Sementara catatan akhir ditulis Putu Wijaya. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: