Demikian diungkapkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis
yang diterima redaksi, sesaat lalu (Selasa, 14/8).
Siklon tropis sendiri merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius
rata-rata mencapai 150-200 km. Rata-rata masa hidup suatu siklon tropis
antara 3-18 hari. Lanjut Sutopo, sekitar 2/3 kejadian siklon tropis
terjadi di belahan bumi bagian utara. Sekitar 65 persen siklon tropis
terbentuk di daerah antara 10°-20° dari ekuator.
"Sangat jarang terbentuk di daerah lintang 0°-10°," terangnya.
Berdasarkan data selama 42 tahun terakhir, kejadian siklon tropis di
wilayah yang dekat dengan Indonesia, di Selatan terjadi pada Februari
(23 persen), Maret (22 persen), dan Januari (21 persen). Sedangkan,
berdasarkan data 56 tahun kejadian siklon tropis di utara terbanyak pada
Agustus (20 persen), September (18 persen), Juli (15 persen) dan
Oktober (15 persen).
Di bulan Agustus, dengan rata-rata kejadian sebanyak 5,2 kali siklon
tropis per tahun. Agustus merupakan bulan paling sibuk bagi pertumbuhan
siklon tropis di wilayah ini, dari 323 kejadian terdapat 107 kejadian
yang berkembang menjadi badai tropis.
Siklon tropis tidak terbentuk di Indonesia. Namun imbas dari siklon
tersebut sangat nyata. Khusus berpengaruh pada cuaca buruk dan
menimbulkan bencana.
Tercatat pada Juni-Agustus 2012 ini, beberapa kejadian banjir dan
longsor, seperti di Padang, Gorontalo, Ambon, Sarmi, Sangihe dan
sebagainya dipengaruhi oleh keberadaan siklon tropis atau depresi tropis
di sekitar wilayah Indonesia.
"Hal ini perlu kita waspadai bersama. Bahwa suatu fakta alam sudah
berubah sehingga ancaman bencana menjadi nyata dan meningkat. Ibarat
pepatah 'alam takambang jadi guru'. Hendaknya bencana menjadi
pembelajaran untuk lebih siaga," demikian Sutopo.
[ald]
BERITA TERKAIT: