Tren Siklon Tropis Meningkat, Indonesia Kebagian Imbas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Selasa, 14 Agustus 2012, 18:02 WIB
Tren Siklon Tropis Meningkat, Indonesia Kebagian Imbas
ilustrasi/ist
rmol news logo Tren bencana akibat siklon tropis mengalami peningkatan 878 persen selama tahun 1950-2010. Bencana tersebut berpengaruh terhadap ekonomi pembangunan.

Demikian diungkapkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang diterima redaksi, sesaat lalu (Selasa, 14/8).

Siklon tropis sendiri merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata mencapai 150-200 km. Rata-rata masa hidup suatu siklon tropis antara 3-18 hari. Lanjut Sutopo, sekitar 2/3 kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara. Sekitar 65 persen siklon tropis terbentuk di daerah antara 10°-20° dari ekuator.

"Sangat jarang terbentuk di daerah lintang 0°-10°," terangnya.

Berdasarkan data selama 42 tahun terakhir, kejadian siklon tropis di wilayah yang dekat dengan Indonesia, di Selatan terjadi pada Februari (23 persen), Maret (22 persen), dan Januari (21 persen). Sedangkan, berdasarkan data 56 tahun kejadian siklon tropis di utara terbanyak pada Agustus (20 persen), September (18 persen), Juli (15 persen) dan Oktober (15 persen).

Di bulan Agustus, dengan rata-rata kejadian sebanyak 5,2 kali siklon tropis per tahun. Agustus merupakan bulan paling sibuk bagi pertumbuhan siklon tropis di wilayah ini, dari 323 kejadian terdapat 107 kejadian yang berkembang menjadi badai tropis.

Siklon tropis tidak terbentuk di Indonesia. Namun imbas dari siklon tersebut sangat nyata. Khusus berpengaruh pada cuaca buruk dan menimbulkan bencana.

Tercatat pada Juni-Agustus 2012 ini, beberapa kejadian banjir dan longsor, seperti di Padang, Gorontalo, Ambon, Sarmi, Sangihe dan sebagainya dipengaruhi oleh keberadaan siklon tropis atau depresi tropis di sekitar wilayah Indonesia.

"Hal ini perlu kita waspadai bersama. Bahwa suatu fakta alam sudah berubah sehingga ancaman bencana menjadi nyata dan meningkat. Ibarat pepatah 'alam takambang jadi guru'. Hendaknya bencana menjadi pembelajaran untuk lebih siaga," demikian Sutopo. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA