Demokrat dan SBY sebagai tokoh pendirinya, jadi bulan-bulanan masyarakat karena terbawa arus perkara korupsi yang ditangani KPK. Slogan anti korupsi yang jadi
tagline di Pileg dan Pilpres 2009 dinilai sebagai kebohongan.
"Sejak kongres yang memenangkan Anas, tidak ada loyalitas ke SBY. Dia yang selama ini mengklaim anti korupsi justru dikelilingi Anas dan kelompoknya yang korup," ujar pengamat politik senior, Arbi Sanit, kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis (12/7).
Bagi pengamat berkuncir itu, SBY sudah kehilangan
leadership. SBY salah menaruh kepercayaan pada orang dan bisa juga terlalu berhrap pada tokoh muda.
"Dan sekarang kalau dia proteksi orang-orangnya yang korupsi, dia dua kali salah. Sudah 'mendidik' anak-anaknya tidak bisa, kemudian melindungi yang salah," kata Arbi.
Yang dilakukan SBY adalah mencoba lemparkan semua "dosa" itu pada Anas dan Hartati Murdaya Cs yang tersandung kasus korupsi. Dia ingin citranya bersih.
"Tidak bisa juga dia tanggung jawab semua dosa itu. Mungkin dia bisa saja kejebak, salah pilih.
Leadershipnya hilang sejak kongres," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: