Belakangan, pasca reformasi, muncul plesetan untuk istilah nasakom. Kepanjangan nasakom menjadi "nasib satu koma". Kepanjangan ini merujuk pada partai politik yang tidak loloske Senayan karena dibatasi oleh
parliamentary threshold sebesar 2,5 persen. Partai gurem itu pun dikenal sebagai partai nasakom atau yang bernasib hanya meraih suara di bawah satu persen.
Minggu kemarin (8/7), Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei yang digelar pada 20-30 Juni 2012 dan melibatkan 1.219 responden. Survei ini terkait dengan calon presiden yang populer. Sayangnya, di antara capres yang beredar itu ternyata ada "nasakom", yang artinya tingkat elektroal mereka hanya satu koma sekian persen.
Di antara capres "nasakom" itu adalah Surya Paloh yang mencapai tingkat elektoral sebesar 1,4 persen, Wiranto yang hanya mencapai 1,1 persen, Sultan Hamengku Buwono X yang hanya mencapai 0,9 persen, Dahlan Iskan yang hanya mencapai 0,9 persen dan Hatta Rajasa yang mencapai 0,7 persen.
Sementara itu, calon presiden yang mendapat tingkat elektoral lebih tinggi adalah Prabowo Subianto yang mencapai 10,6 persen, Megawati mencapai 8 persen, Aburizal mencapai 4,4 persen, Any Yudhyono mencapai 4,3 persen, dan Jusuf Kalla mencapai 3, 7 persen.
[ysa]
BERITA TERKAIT: