Ical merujuk pada hasil survei Lingkaran Survei Indonesia pada bulan ini yang menyebut elektabilitasnya telah mencapai 17,5 persen di antara tokoh lain. Namun, Ical lupa bahwa dia masih berada di bawah popularitas Megawati Soekarnoputri (18,3 persen) dan Prabowo Subianto (18 persen).
Dalam survei LSI, Ical hanya jadi bakal capres terbaik jika dibandingkan elektabilitas tokoh lain di internal Golkar. Rinciannya, Ical 20,1 persen, Sri Sultan Hamengkubuwono X 11,3 persen, Jusuf Kalla 11 persen, Akbar Tandjung 2,9 persen, Fadel Muhammad 1,3 persen dan Theo L Sambuaga 0,3 persen.
Pengamat politik senior, Arbi Sanit, mengatakan, rasa percaya diri Ical yang disampaikannya pada Rapimnas Golkar kemarin itu menunjukkan salah persepsi atau bisa juga ingin memanipulasi hasil survei itu..
"Dia tidak bisa baca survei, salah persepsi tentang pencalonan itu. Dia baca survei lalu anggap dirinya lebih populer," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu, 30/6).
Dia yakin, kepercayaan diri Ical yang begitu besar untuk mencalonkan diri meski masih duduk di nomor tiga hasil survei, tidak lepas dari peran politis semua "tukang kipasnya."
"Bisa saja dia salah baca, sengaja menipu opini publik atau memang tidak bisa baca survei. Sayangnya, orang-orang di sekitarnya ikut bertangungjawab," tegasnya.
Arbi Sanit memprediksi, tingkat keterpilihan Ical akan mengalami perubahan besar ketika calon-calon presiden dari partai lain sudah mendeklarasikan diri.
"Kalau sudah ada kompetisi, dukungan akan terbagi. Posisi Bakrie akan alami perubahan," ungkapnya.
"Dan menurut hemat saya, melihat dari pengalaman Jusuf Kalla (pilpres 2009), dia akan melorot. Faktornya, dia bukan dari Pulau Jawa dan bukan suku Jawa. Faktor itu masih paling kuat pengaruhnya dalam pemilihan presiden kita," tandas Arbi Sanit.
[ald]
BERITA TERKAIT: