"Saya tidak tahu apa alasan Golkar terburu-buru memajukan calon, padahal masih dua tahun lagi. Dan Golkar tidak melaksanakan konvensi yang jika dilakukan memakan waktu setahun lebih. Ini terlalu pagi," ujar pengamat politik senior, Arbi Sanit, kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu siang, 30/6).
Ada beberapa kerugian yang akan diderita Ical bersama pasukannya. Karena pencalonan itu "kepagian", maka lawan-lawan potensialnya belum dapat diketahui.
"Belum ketahuan siapa lawannya yang potensial dan sungguh-sungguh untuk dihadapi. Dia (Ical) kayak mau menang sendiri, dan itu mengibuli dia sendiri. Dia belum perhitungkan kekuatan lawan dan strategi lawan tapi sudah buru-buru maju," kata pengamat berkuncir itu.
Arbi mengamati, saat ini saja Golkar dan Ical sudah terlihat dikerubuti lawan-lawan politiknya dari dalam partai sendiri maupun luar partainya.
Sekarang saja sudah mulai dikerubuti baik dari luar maupun dari dalam. Sebelum calon-calon lain membuka diri untuk jadi sasaran sikap publik, maka Bakrie menyiapkan diri jadi sasaran," ungkap Arbi.
Dia menilai, ada kepentingan sekelompok orang sekitar Ical dan menjadi "tukang kipas", sama seperti yang terjadi pada Jusuf Kalla jelang Pilpres 2009.
"Tapi keduanya suka didorong dan menikmati dorongan itu. Malah mereka anggap itu dorongan publik," kata dia heran.
[ald]
BERITA TERKAIT: