Inilah Balada Garuda Tua

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Jumat, 01 Juni 2012, 23:11 WIB
rmol news logo Setelah agak lama vakum dari aktivitas kepenyairan, aktivis prodemokrasi Adhie Massardi siang tadi (Jumat, 1/6) kembali melantunkan sebuah puisi. Kali ini puisi berjudul Balada Garuda Tua dibacakan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih itu di aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya No. 62, Jakarta Pusat, dalam acara "Pancasila dalam Puisi" yang digelar PP Muhammadiyah.

Puisi baru Adhie Massardi berkisah tentang seekor garuda dan Pancasila serta semboyan bhinneka tunggal yang dibawanya kehilangan peran di tengah masyarakat yang seharusnya tumbuh bersama nilai-nilai yang diajarkannya.

Dalam kegalauannya, sang garuda sempat hinggap di puncak Monumen Nasional di seberang Istana Negara. Kepada seorang anak yang memegang ketapel ia bertanya apakah sang anak tahu arti bhinneka tunggal ika.

Sang anak menjawab: “beragam janji hanya untuk satu tujuan: kekuasaan!”

Jawaban ini membuat sang garuda tua semakin masygul dan melanjutkan terbangnya sementara masyarakat Indonesia semakin jauh dari cita-cita sang garuda, dari cita-cita merdeka.

Berikut puisi Adhie Massardi itu:

Balada Garuda Tua

  aku kisahkan kepadamu tentang garuda
kendaraan para dewa di zaman raja-raja
bisa terbang tinggi menutupi matahari
membuat hari-hari di bumi menjadi sepi

  kini garuda sudah tua dan terlunta-lunta
pada cakarnya masih tergenggam selendang cinta
yang diambil dari catatan sejarah sutasoma
ketika mpu tantular gusar melihat masa depan agama

  lalu seorang anak dengan ketapel di tangan kanan
memandang garuda yang tengah sempoyongan
pada cakarnya yang tampak terluka
masih tergenggam “bhinneka tunggal ika”

  garuda tua memandang anak itu dengan gelisah
“tahukah kamu apa itu bhinneka tunggal ika?”
  anak itu mengarahkan ketapelnya ke gerbang istana
“beragam janji hanya untuk satu tujuan: kekuasaan!”

  garuda semakin merasa tua dan janggal
lima tanda di dadanya satu-satu tanggal
matahari memantulkan cahayanya di pucuk monas
garuda memandang istana dengan cemas

  “bhinneka tunggal ika...”
garuda tua itu menggumam di antara dentum meriam

  “aneka ragam partainya tapi tetap satu tujuan:
menjarah anggaran mengakali apbn...!”

  garuda tua itu lalu terbang tinggi
sayapnya yang rapuh mencoba menutupi matahari
tapi hari-hari di bumi tak pernah lagi menjadi sepi
karena perbedaan telah mengendap di dalam hati

1 Juni 2012

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA