“Tidak ada seperti itu. Dalam pertemuan itu tidak ada deal dengan SBY. Kami hanya memÂbicarakan masalah hukum terkait putusan sela PTUN,†kata bekas Mensesneg Yusril Ihza Mahendra kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, kuasa hukum Gubernur Bengkulu nonaktif Agusrin Najamuddin, Yusril Ihza Mahendra bertemu Presiden SBY di Cikeas, Kamis (17/5) malam.
Pertemuan tersebut untuk memÂÂÂbicarakan mengenai putuÂsan sela Pengadilan Tata usaha NeÂgara (PTUN) Jakarta. “Ada bebeÂrapa hal yang beliau kemuÂkakan kepada saya. Fokus utamanya masalah PTUN itu,†ujarnya.
Menurut Yusril, SBY akan menÂtaati keputusan-keputusan pengadilan dan menghormatinya. Sehingga ketika ada laporan puÂtusan sela pengadilan untuk meÂnunda pelantikan gubernur BengÂkulu definitif, SBY langsung memerintahkan Mendagri untuk menunda pelantikan itu.
Agusrin divonis empat tahun penjara oleh Mahkamah Agung melalui putusan kasasi dalam perÂkara korupsi BPHTB yang meÂrugikan keuangan negara sebesar Rp 20 miliar.
Yusril menjelaskan, Agusrin mengajukan gugatan atas KepÂpres Nomor 40/P tahun 2012 dan Keppres Nomor 48/P tahun 2012. Keppres tersebut berisi instruksi memberhentikan Agusrin dari jabatannya dan mengesahkan peÂngangkatan Junaidi sebagai guberÂnur definitif.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa mengajukan PeninÂjauan Kembali?
Jaksa mengajukan kasasi. Di situÂlah Pak Agusrin minta banÂtuan saya dan menemukan bebeÂrapa novum kekhilafan hakim dan bertentangan atar putusan. Semua itu menjadi dasar cukup kuat untuk melaksanakan PK.
Apakah Anda menyampaiÂkan ke SBY?
Waktu itu saya menulis surat kepada Presiden, menerangkan sebaiknya jangan mengambil langkah penonaktifan terlebih dahulu terhadap Agusrin. Jangan terburu-buru juga melantik Plt-nya gubernur. Sebab, pemerintah akan dihadapkan pada persoalan yang sangat pelik.
PK itu kan masih memberikan harapan orang bebas. Kalau beÂbas kan berarati ada perintah pengadilan yang mengatakan mereÂhabilitasi terdakwa, memÂbeÂrikan harkat dan martabatnya dan kedudukannya seperti semula.
Makanya, Agusri berhak dong diaktifkan kembali sebagai GuÂberÂnur Bengkulu. Tapi kalau wakilnya dilantik jadi gubernur, nanti bisa ada dua gubernur dong.
Surat Anda dibaca SBY?
Pak SBY bilang kepada saya, surat saya tidak sampai tangan beliau. Tapi saya katakan bahwa bahwa surat itu saya kirim meÂlalui Sekretariat Negara. Tetapi beliau langsung memanggil sesÂpriÂnya dan mengatakan untuk mencari surat saya itu seperti apa bunyinya. Kok tidak sampai ke tangan beliau.
Tapi saya dengan Mendagri terÂjadi komunikasi. Kan surat saya ke presiden juga saya tembuskan ke Mendagri.
Apa yang dikatakan MendaÂgri saat itu?
Mendagri mengatakan tidak akan cepat-cepat melantik. KaÂrena akan bisa menjadi masalah di belakang hari.
Tetapi, kami menerima surat dan tiba-tiba Pak Agusrin diberÂhentikan oleh presiden dan saya pelajari surat pemberhentian itu. Saya menemukan ada beberapa alasan yang cukup untuk dibawa ke PTUN.
Kami mohon untuk dibatalkan. Ada kemungkinan besar diteÂrima. Kami mencermati Keppres Nomor 48 itu dan minta ke SekÂneg serta ke Mendagri tapi nggak ada yang ngasih.
Kami lakukan gugatan baru. Tapi pada akhirnya kami minta putusan sela supaya Keppres NoÂmor 48 itu lebih dulu ditunda pelaksanaannya sampai pada keÂputusan berkekuatan hukum tetap. Pengadilan mengadbulÂkanÂÂnya. Semua itu saya ceritaÂkan ke SBY.
Apa tanggapan SBY?
Presiden mengatakan terima kasih karena pengadilan telah memutuskan begitu dan akan mematuhi putusan pengadilan. Sebenarnya, belum kalah. Ini kan hanya penundaan putusan saja karena saya pikir apa yang dilaÂkukan hakim itu sudah benar. Artinya pengadilan itu dengan ceÂpat mengambil keputusan penunÂdaaan supaya tidak terjadi masaÂlah di belakang hari.
Apakah ada pembicaraan seÂlai itu saat di Cikeas?
Kalau yang lain-lain, beliau tanya terkait saya yang membela Ibu Siti Fadilah dan lain-lain. Saya katakan, memang banyak orang-orang yang dulu dekat sekali dengan BaÂpak, tiba-tiba menghadapi maÂsalah begini dan datang ke saya minta bantu. Ya saya bantu.
Kedatangan ke Cikeas ini akan merubah sikap kritis Anda ke SBY?
Dahulu waktu zaÂmannya PreÂsiÂden SoeÂharto, baÂnyak orang meÂÂnuÂduh bahwa Yusril itu pro SoeÂharto. Saya ini sudah tiga kali menulis pidato presiden, yakni Presiden Soeharto sebaÂnyak 126, Habibie sekitar 80-an, dan SBY 384.
Saya pun menjadi Menteri di tiga Presiden. Tapi dari dulu samÂpai sekarang saya tidak pernah jadi orangnya orang. Saya tetap jadi diri saya sendiri. Saya tidak mudah dipengaruhi orang.
Saya selalu konsisten dengan pendirian saya. Waktu saya ribut dengan Hendarman Supandji, saya bilang lawan ya lawan. SamÂpai kapan pun akan saya lawan.
Apakah ada pembicaraan poÂliÂtik dengan SBY?
Sebenarnya sejak dulu waktu saya berhenti dari Sekneg bebeÂrapa kali juga saya bertemu dengan Pak SBY, baik di Istana Negara maupun di rumahnya. Itu biasa-biasa saja.
Kali ini bertemu atas inisiatif dari beliau dan biasa-biasa saja. Nggak ada satu pun yang istiÂmewa. Beliau menegaskan keÂpada saya, Pak Yusril kita ini sahabat dari dulu, sudah saling menghargai satu sama lain. Saya katakan, saya juga begitu. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: