"Secara detail, saya lahir dan besar di Jakarta. Saya mendedikasikan hampir 49 tahun masa kerja saya di Jakarta. Kalau bicara pengalaman masyarakat bisa menilai," kata dia dalam acara Mata Nazwa yang disiarkan
Metro TV (Rabu, 25/4).
Selama menunaikan masa jabatan Gubernur DKI, Foke selalu membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inilah kelebihan yang dimiliki Foke sehingga warga ibukota harus mempercayakan kembali kepada calon yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli, Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, untuk meneruskan estapeta pembangunan di Jakarta.
"Saya selalu menggunakan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai landasan kebijakan yang saya gunakan. Dan saya yakin itu masih relevan ke depan," imbuh Fauzi Bowo.
Sementara itu, Foke menjelaskan bahwa pernyataan dirinya yang tidak rela Jakarta diacak-acak dan harus diurus oleh orang yang mengenal Jakarta pada saat deklarasi Foke-Nara, tidaklah dimaksudkan untuk menyerang para pesaingnya yang berasal dari luar daerah. Sehingga, Foke tidak takut itu dijadikan bahan serangan para pesaing.
"Itu relevan (disampaikan) di keluarga sendiri. Tidak dalam konotasi seperti itu (bisa dimanfaatkan calon lain)," jawab Foke.
Dalam kesempatan ini, Foke menyampaikan alasan ketidakhadirannya dalam setiap acara debat kandidat yang dilakukan. Anggapan sengaja menghindari debat karena takut dihakimi oleh lima pesaingnya bukanlah alasan ketidakhadiran Foke.
"Ini hanya soal kesulitan waktu. Saya tidak pernah menghindari debat. Posisi saya berbeda, saya gubernur yang lain baru kepingin jadi gubernur," jawabnya.
"Di Sulawesi Selatan, orang berkumis itu tidak akan pernah mundur dari tantangan apapun," tambah Foke yang sampai saat ini masih memikirkan pengganti tagline "Serahkan Pada Ahlinya" untuk mengurus Jakarta.
[dem]
BERITA TERKAIT: