Hal itu disampaikan pengamat politik Abdul Rohim Ghazali kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Minggu, 22/4).
Pertanyaan apakah isu primordialisme ini penting, jawabannya menurut Rohim, penting bagi para calon kepala daerah untuk dijadikan alat mengikat suara pemilih. Sepanjang proporsional, baginya, tidak ada masalah isu primordialisme digunakan.
"Isu primordial menjadi negatif pada saat dipakai untuk mendiskreditkan lawan politik," sambung peneliti di The Indonesian Institute ini.
Kepada para pemilih, Rohim menyarankan, seyogianya tidak menjadikan isu primordial sebagai alasan untuk memilih. Dengan begitu, para calon akan berhenti menggunakan isu primordial dalam menarik dukungan. Karena, sepanjang pemilih menggunakan isu primordial sebagai alasan untuk memilih, selama itu pula isu primordial akan digunakan sebagai alat kampanye para kandidat.
"Di negeri yang tengah berusaha membangun demokrasi pluralis seperti Indonesia,
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: