"Ketua Umum suatu partai pada prinsipnya merupakan kader terbaik dari partai itu," ujar politisi senior Zaenal Maarif kepada
Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Jumat, 20/4).
Zaenal yang pernah menjabat Wakil Ketua DPR itu tidak sungkan untuk menyatakan dukungan pada bos Golkar bersapaan Ical tersebut.
Demikian pula menurutnya ketika Akbar Tanjung jadi Ketua Umum, pada prinsipnya Akbar yang paling punya hak untuk dicalonkan jadi Capres/Cawapres Golkar. Namun saat itu sesepuh Golkar itu mencoba melalui konvensi dan gagal melawan Wiranto yang juga gagal pada Pilpres 2004. Itulah kegagalan pertamanya.
Lalu, Akbar Tanjung terjungkal dari Ketum Golkar dalam kongres di Bali. Dia digantikan oleh Wapres Jusuf Kalla yang saat Pilpres tidak dicalonkan oleh Golkar.
"Saat Pak JK menjadi Ketum Golkar, di pencapresan 2009 ternyata SBY memilih Boediono menjadi Cawapresnya dan Pak JK dalam waktu yang sempit terpaksa menjadi Capres dengan menggandeng Pak Wiranto sebagai Cawapresnya, ternyata gagal untuk mengimbangi SBY," paparnya mengingatkan.
Menurut dia, sangat indah bila Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla bahu membahu mendorong Ical menjadi Presiden 2014 bergandeng dengan tokoh muda dari partai besar lainnya, yang dalam analisisnya calon terbaik adalah Puan Maharani (PDIP).
"Baik Pak JK maupun Pak Akbar Tanjung andaikan juga maju, meskipun dari partai lain, kesan di masyarakat seperti berebut pepesan kosong selain makna lain yaitu berpola Tiji Tibeh (mati satu, mati semua)," terangnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: