Sebagai organisasi Islam kemasyarakatan, Muhammadiyah tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Karena itu, dalam konteks pemilihan umum, baik pemilihan presiden, legislatif, maupun kepala daerah, Muhammadiyah tidak boleh dukung-mendukung terhadap calon tertentu.
"Pemilihan seperti pilkada itu penting, tapi tidak menjadi urusan Muhammadiyah. Menurut saya, pimpinan Muhammadiyah sebaiknya tidak menyeret Muhammadiyah ke dalam pusaran Pemilukada," ujar tokoh Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari kepada Rakyat Merdeka Online (Selasa, 10/4).
Menurutnya, kalau memang ada tokoh atau anggota Muhammadiyah yang menjadi tim sukses salah satu calon gubernur DKI, jadilah tim sukses yang profesional. Yaitu, mencari dukungan sebanyak-banyaknya dengan cara rasional.
"Jangan menggunakan cara yang primordial, jangan mengambil cara yang gampang saja dengan menggunakan organisasi sebagai alat politiknya. arga Muhammadiyah kan profesional. Masak kampanyenya menggunakan organisasi," ujarnya.
Karena itu, menurutnya, soal siapa yang akan didukung pada pemilihan gubernur Jakarta Juli mendatang, sebaiknya diserahkan langsung kepada warga Muhammadiyah sendiri. Tanpa harus ada arahan dari pimpinan.
"Orang Muhammadiyah itu berpendidikan, tahu mana calon yang akan mampu membawa kemajuan bagi Jakarta," jelasnya.
Muhammadiyah Jakarta memang tidak mendukung salah satu calon. Tapi memang, seperti disampaikan Ketua PWM DKI Jakarta Prof. Agus Suradika, warga Muhammadiyah yang mendukung Fauzi Bowo membentuk Forum Matahari Jakarta. Hajriyanto, ditanya soal keberadaan forum tersebut, tak mempersoalkan.
"Ya kalau nama matahari, yang punya kan bukan hanya Muhammadiyah. Apalagi ada mall Matahari. Ya macam-macam lah. Yang penting jangan menyeret nama Muhammadiyah," tegasnya. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: