Hal itu dikemukakan pengamat media David Krisna Alka kepada
Rakyat Merdeka Online (Senin, 5/3).
Sabtu lalu, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengemukakan partainya akan membuat televisi. Keinginan membuat TV itu dikemukakan Anas saat menanggapi berbagai fitnah dan tuduhan terhadap partainya yang membuat citra dan popularitas turun drastis. Karena itu, kuat dugaan, Anas ingin mengimbangi pemberitaan kasusi-kasus yang melibatkan politisi partai penguasa yang mendapat sorotan tajam dari media terutama televisi.
Namun diingatkan, bila itu yang dimaksud, Anas tidak akan berhasil. Pasalnya masyarakat, tak bisa begitu saja melupakan dari kasus-kasus yang melilit kadernya hanya karena Anas mendirikan sebuah televisi.
"Toh bikin TV itu tak seperti
nyuci baju dengan mesin cuci, taro baju kotor beberapa menit kemudian bersih," kata David, peneliti Populis Institute ini, bertamsil.
Bila Anas betul-betul merealisasikan keinginannya memiliki sebuah televisi, hal ini akan semakin banyak politisi yang memiliki televisi setelah Surya Paloh dengan
Metro TV-nya dan Aburizal Bakrie dengan
TVOne dan
ANTV-nya. Meski politisi berlomba-lomba mendirikan televisi, hal itu tidak akan membuat kualitas demokrasi di Indonesia semakin menurun walau media itu lebih banyak memberikan porsi pemberitaan kepada kepentingan sang pemilik.
"Kualitas demokrasi tak hanya ditentukan oleh media tapi lebih ditentukan oleh warga. Warga kritis sudah mampu menilai dimana letak keberpihakan masing masing media," ungkapnya.
Tapi yang jelas, keberadaan media itu akan menguntungkan parpol pemilik media. Karena lewat televisi, program-pragram partai bisa diseminasikan secara efektif. Begitu pula bila ingin membuka keburukan lawan, televisi sangat ampuh melakukannya. Tapi, diingatkan, bagi parpol tentu televisi hanya salah satu media saja untuk mendekatkannya kepada konstitutennya.
"Bagi parpol, media yang terpenting menurut saya bukan hanya main citra saja. Karena citra akan menemukan karmanya jika tidak ada keberpihkan nyata kepada rakyat. Pertarungan parpol bukan hanya di media. Tapi kerja politik yang membumi sebagai satu jalan yang dapat ditempuh parpol untuk keluar dari labirin politik kita kini yang tingkat kepercayaan terhadap parpol rendah," demikian David.
[zul]
BERITA TERKAIT: