Buku setebal 88 halaman itu berisi 64 bukti penyalahgunaan jabatan dan pelanggaran hukum oleh Gubernur Fauzi Bowo. Ada pula permainan kasus, penyelewengan administrasi dalam pengangkatan Dirut-Dirut BUMD, dan banyak fakta mengejutkan lainnya.
"Penerbitan buku itu, untuk menjawab tuduhan bahwa dirinya tidak memiliki alasan mundur. Edisi buku dibuat terbatas dan diterbitkannya pribadi," kata orang dekat Prijanto, Mustofa Nahrawardaya, kepada
Rakyat Merdeka Online, Kamis siang (26/1).
Ditegaskannya, buku itu baru disiapkan secara fisik sejak awal pekan ini. Tapi, konsep dan pemahamannya sudah tiga tahun lalu disiapkan Prijanto sendiri.
"Beliau itu memang ahli menulis," imbuhnya.
Mustofa yang juga pengurus Majelis Pustaka Muhammadiyah itu mengaku menyayangkan pasangan yang dulunya dipilih dan dilantik dengan biaya besar kini berpisah.
"Dan Foke (Fauzi Bowo) serta Demokrat sama sekali tidak menghargai Pri. Mestinya, apapun yang terjadi, Demokrat harus dengarkan alasan Pri. Bukan serta merta menolak seperti kemarin," ujarnya.
Kemarin, sidang paripurna pengunduran diri Wagub Prijanto tertunda, karena anggota DPRD tidak mencapai kuorum yakni 3/4 jumlah anggota DPRD atau sebanding 70 anggota. Ketua DPRD, Ferial Sopyan, mengatakan, anggota DPR yang hadir cuma 48 anggota. Bukan hanya penundaan sidang, Prijanto pun tidak diberikan waktu untuk berbicara soal alasan pengunduran diri.
"Sebanyak 32 anggota Fraksi Demokrat DPRD DKI sepakat tidak hadir, sebagai bukti pengebirjan terhadap amanat rakyat yang diwakilinya," tandas Tofa.
[ald]
BERITA TERKAIT: