Sebutan pembohong untuk pemerintah yang kala itu membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sungguh risau hingga mengundang para tokoh agama ke Istana Negara, diulangi lagi oleh Din Syamsuddin dua hari lalu dalam acara Refleksi Akhir Tahun di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah.
"Jadi pernyataan itu hanya mengulang pernyataan para tokoh agama di awal tahun ini, secara umum PGI harus katakan pendapat yang sama," ujar Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 21/12).
Menurut Jeirry, masih banyak persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Maka itu dibutuhkan lebih banyak kejujuran untuk merespons semua persoalan.
"Kejujuran ini jadi sangat penting karena masyarakat sudah terlalu dibohongi, apalagi dengan janji manis yang tidak jelas realisasinya," kata Jeirry.
"Bahwa ada banyak persoalan, ada banyak ketidakjujuran berlangsung, itulah fakta. Karena itu harus ada perbaikan. Yang lebih penting adalah berpikir ke depan," imbuh dia.
Di awal tahun, tepatnya 10 Januari 2011, sejumlah tokoh lintas agama, yakni Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus Situmorang, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe, Buya Syafii Maarif, Franz Magnis Suseno, KH Salahuddin Wahid, dan Biku Sri Pannyavaro berkumpul di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah. Kala itu mereka mengumbar 18 kebohongan pemerintah, terdiri dari sembilan kebohongan lama dan sembilan kebohongan baru.
[ald]
BERITA TERKAIT: