SBY Harus Evaluasi Mengapa Dirinya Tidak Lagi Dihormati Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Rabu, 07 September 2011, 10:25 WIB
SBY Harus Evaluasi Mengapa Dirinya Tidak Lagi Dihormati Rakyat
suporter garuda/ist
RMOL. Perilaku emosional suporter Tim Sepakbola Nasional Indonesia dalam pertandingan Kualifikasi Grup E Piala Dunia 2014 Zona Asia antara Indonesia melawan Bahrain, yang akhirnya dimenangkan 2-0 oleh Bahrain, tadi malam, memang tidak bisa dibenarkan.

Insiden pelemparan petasan dan botol minuman ke arah lapangan pada menit ke-75, membuat pertandingan sempat dihentikan 15 menit lamanya. Lebih menyedihkan lagi, Indonesia terancam sanksi dari FIFA. Kian ironis karena semua itu terjadi langsung di depan mata Presiden SBY dan Ibu Negara beserta rombongan sejumlah menteri yang berada di tribun royal box, Gelora Bung Karno, Senayan.

Tetapi, anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Dedi Gumilar, meminta semua pihak tidak cuma menyalahkan suporter fanatik Tim Garuda.

"Benar, perilaku penonton itu mengurangi poin bangsa dalam pergaulan internasional karena tidak mematuhi aturan FIFA. Akan tetapi kita tak bisa salahkan penonton yang bisa dengan segala macam cara ekspresikan kesukaan atau ketidaksukaan mereka terhadap pemain kita," ujar Dedi kepada Rakyat Merdeka Online, Rabu (7/9)

Dedi justru menyorot lebih tajam kelengahan aparat keamanan dalam mengantisipasi hal-hal yang biasa terjadi dalam pertandingan sepakbola.

"Kan ada aturan apa saja yang tidak bisa dibawa ke dalam stadion. Kok petasan bisa masuk," gugatnya.

Dia berharap, Presiden SBY yang menyaksikan langsung kelengahan aparat kemanan segera mengevaluasi Kepala Polri.

"Saya kira SBY jangan hanya marah ke penonton. Tapi evaluasi Kapolri dan kelemahan sistem keamanan yang nyata di depan mata Presiden. Jangan mengurus Nazaruddin saja bisa tegas," ucapnya

"Apalagi insiden di depan presiden. Artinya presiden tak lagi dipandang oleh masyarakatnya, mereka tidak hormati lagi presiden," imbuh Dedi.

Insiden ledakan petasan di depan mata Presiden itu membuat Indonesia terancam sanksi. Komisi Disiplin AFC bisa menjatuhkan denda hingga USD 1 juta atau sekitar Rp 8,5 miliar kepada tim yang suporternya melakukan tindakan tidak pantas. Sanksi lainnya adalah bertanding tanpa penonton.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA