Seruan itu diutarakan kemarin (Selasa, 8/10) oleh pengurus Dewan Pimpinan Nasional Gerakan Lanjutkan SBY Presiden (GLSP), Rocky Amu, menyikapi sepak terjang Partai Golkar yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah. Secara khusus, Rocky mengkritik sikap politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo, yang kerap bersikap kritis terhadap pemerintah SBY.
Menjawab tudingan yang menggambarkan Golkar seolah "duri" dalam koalisi, Bambang Soesatyo, dalam pernyataan pers kepada wartawan (Rabu, 10/8), menegaskan, sikap kritis Golkar tidak pernah digunakan untuk menyerang pribadi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
"Kalau ada kader Golkar mengeritisi kebijakan pemerintahan SBY yang tidak pro rakyat, termasuk mengecam kelambanan para menteri melaksanakan instruksi presiden, posisi yang demikian bukanlah serangan terhadap pribadi presiden," tegas anggota Komisi III DPR ini.
Dan kalau sikap kritis kader Golkar diterjemahkan sebagai praktik politik dua kaki, Wakil Bendahara Golkar ini menyebutnya sebagai tafsiran ngawur karena lahir dari cara pandang yang sempit.
"Kalau sikap kritis anggota koalisi diartikan sebagai perlawanan terhadap pemerintah dan presiden, sama artinya menyuruh semua anggota koalisi menjadi yes men dan harus mengamini kekeliruan-kekeliruan pemerintah. Bukankah sikap seperti itu justru akan menjerumuskan pemerintahan sekarang ini?" ujarnya.
Dia meminta pro-SBY menanggapi setiap kritik dengan sikap dan cara pikir positif. Pembungkaman aspirasi itu hanya ada di era Orde Baru. Dan partai politik sekarang jangan dipaksa untuk berperilaku seperti di era Orde Baru.
"Siapa yang sesungguhnya menjadi duri dalam daging di koalisi pemerintahan saat ini? Saya imbau semua simpatisan Demokrat untuk instrospeksi," pintanya.
Saat ini, menurut Bamsoet, koalisi justru terbebani oleh kasus suap Wisma Atlet SEA Games, plus kasus lain yang diungkap mantan bendahara PD Muhammad Nazaruddin.
"Jadi, Demokrat-lah yang menjadi duri dalam daging koalisi pemerintahan saat ini," tutup Bambang.
[ald]
BERITA TERKAIT: