"Kita punya presiden yang memalukan. Pada saat membuka Rakornas Demokrat (Sabtu, 23/7), dia (SBY) meminta dengan mengiba supaya Nazaruddin pulang ke Indonesia, padahal sebagai presiden yang membawahi aparatur lengkap seperti TNI, Polisi dan BIN harusnya dia memerintahkan, bukan memohon-mohon pada koruptor," kritik aktivis Gerakan Indonesia Bersih, Ahmad Kasino, kepada
Rakyat Merdeka Online, Senin (25/7).
Sebelumnya, seusai shalat di komplek Istana Negara, Jakarta, Jumat (22/7), pertama kalinya Presiden SBY meminta dengan sangat pada Nazar agar pulang ke Indonesia.
"Komentar saya sederhana. Saudara Nazar kembali ke tanah air, hadapi proses hukum dan memberikan penjelasan atas sangkaannya," kata SBY kala itu.
Kasino heran, mengapa untuk menangkap seorang penjahat sekelas Nazaruddin saja negara seperti kehilangan daya. Apalagi, Nazar sudah berkali-kali berkomunikasi bebas dengan media massa dalam negeri. Di sisi lain negara tampak begitu gagah ketika melakukan penyergapan berturut-turut terhadap organisasi teroris yang rapih dan bergerak bawah tanah.
"Teroris yang terorganisir saja dengan mudah dilacak dan ditangkap apalagi cuma seorang Nazarudin yang kalau dilihat dari potongannya tidak punya kemampuan gerilya. Seharusnya dalam jangka waktu 1x24 jam dengan mudah dapat ditangkap," tambahnya.
Dengan kenyataan itu, Kasino melanjutkan, jangan salahkan rakyat kalau menganggap kasus Nazaruddin serta semua episodenya, didalangi sendiri oleh pihak Istana Negara alias Presiden SBY.
"Dasarnya adalah untuk menggeser Anas dari kursi ketua Umum karena Anas merupakan ancaman bagi Cikeas pada tahun 2014 dengan jaringan HMI-nya. Intinya, SBY terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dan partainya tidak memikirkan rakyat yang hidupnya semakin hari semakin susah. Ini bukti bahwa perubahan tidak dapat ditunda lagi," tegasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: