Tadi siang, gurubesar ilmu politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, menyebut Presiden SBY pemimpin munafik. Ketua DPP Partai Demokrat bidang Komunikasi dan Informasi, Ruhut Sitompul, menuding, kalangan cendekiawan kampus menyalahgunakan era reformasi yang demokratis untuk kepentingan pribadi.
"Mereka yang baru bermain di sekitar kampus ingin diperhitungkan orang. Seolah mengeritik presiden itu sudah naik kelas, padahal dia masih jago kandang," lontar Ruhut dari Sydney Australia, saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online, Senin petang (20/6).
Menurut legislator di Komisi III ini, para profesor "tukang kritik" sudah masuk tahap salah kaprah menyikapi persoalan bangsa. Akademisi yang demikian, sebutnya, hanya berkutat pada teori-teori tapi tidak pernah mempraktikkan sesuatu untuk kemajuan negara.
"Jangan pertontonkan kebodohan, profesor. Nanti murid-murid tidak percaya lagi. Bagaimana mau lahirkan cerdik pandai kalau tak pernah berbuat. Kalau asal mengeritik gaya begitu, di pinggir jalan pun banyak," terangnya.
Â
Ruhut meminta para profesor yang menurutnya hanya mencari popularitas dengan cara murahan untuk lebih menghargai kepemimpinan Presiden SBY yang membiarkan masyarakat bebas berpendapat. Akan lain halnya jika bukan SBY yang memimpin.
"Bersyukurlah pada Tuhan kita mendapat presiden seperti SBY. Terbayang kalau bukan SBY presidennya, pasti banyak pelanggaran HAM terjadi karena tidak ada kebebasan berpendapat," pungkasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: