Aku mendengar kata-katamu:
“Bila kekuasaan sudah mengotori kehidupan,
puisi akan membersihkannya…â€
Maka pada Subuh yang gaduh
Aku tulis puisi tentang para bedebah itu
Yang membangun istana kekuasaan
Dari puing-puing kebohongan
Tapi jiwa dan hati mereka sudah membatu
Yang di eksekutif terus memainkan kebijakan fiktif
Yang di legislatif menjadikan anggaran barang mainan
Yang di yudikatif membuat vonis sebagai bisnis
Puisi tak bisa lagi mengeksekusi
Karena mereka adalah para zombi
Jasad mati yang digerakan birahi
Tak berhati, tak berjiwa
Dari ladang tempat fajar mengejar mimpi
Aku juga mendengar kisah yang sangar
Tentang seorang ibu yang diusir warga desa
Karena nyembah kejujuran yang sudah jadi berhala
“Makanya, jangan terlalu jujur, anakku.
Hidup kita jadi begini karena bapakmu terlalu jujur…!â€
Begitulah nasihat para orangtua di desa-desa
kepada anaknya yang beranjak dewasa
Puisi tak bisa lagi membersihkan kotoran
kekuasaan yang dikendalikan para zombi.
16.06.11Dibacakan pertama kali di Aula Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta - dalam acara "Silaturahmi Tokoh Nasional - Mencegah Kebangkrutan Negara", 16 Juni 2011
BERITA TERKAIT: