Dan, salah jika kita menyebut tim bentukan Demokrat yang beranggotakan tiga orang ke Singapura itu sebagai tim penjemput Nazaruddin. Lebih pantas, mereka disebut sebagai tim "pembesuk" Nazaruddin. Karena memang, dari penggambaran Jafar Hafsah, Jhonny Allen Marbun dan Sutan Bhatoegana, kondisi Nazaruddin patut disebut mengenaskan.
Hasil kerja tim disampaikan langsung oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat kemarin.
"Alhamdulillah, tim sudah bekerja dan berhasil bertemu langsung dengan yang bersangkutan di Singapura. Beliau bertiga sudah laksanakan tugas itu dengan baik," ucapnya.
"Jika yang bersangkutan sudah selesai berobat dia menyatakan Insya Allah kembali ke Tanah Air," imbuh Anas.
Sakit apa rupanya Nazaruddin, yang terbang ke Singapura sehari sebelum dicekal Kemenkumham. Sutan Bhatoegana menceritakan, berat badan Nazaruddin mengalami penurunan drastis 18 kilogram. Penyebabnya, sakit jantung.
"Waktu diwawancara di TV itu juga beliau batuk-batuk kan. Kalau batuk, rasanya kayak ditusuk dadanya," ungkap Sutan kepada wartawan.
Namanya juga cuma membesuk, tentunya si pembesuk tidak bisa memaksa-maksa yang sakit untuk cepat pulang. Walau belum tersangka, Nazaruddin harus memenuhi kewajibannya memberi klarifikasi ke penegak hukum soal kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga dan pemberian 120 ribu dolar Singapura pada Sekjen Mahkamah Konstitusi, Janedjri M Gaffar.
"Insya Allah kalau sudah sembuh akan kembali ke Indonesia. Kira-kiranya kapan tidak ada yang tahu kecuali dokternya, Tapi kalau surat pemanggilan dari KPK keluar kami akan minta dia pulang dan dia sudah siap," jelas Sutan.
Jafar Hafsah lebih detail mengambarkan kondisi Nazaruddin. Dia menggambarkan Nazaruddin sudah sangat kurus, matanya cekung, jalannya bungkuk dan brewokan.
Begitu detail Jafar memberi gambaran. Tapi ketika ditanya di mana mereka menemui Nazaruddin, jawabannya terkesan misterius dan aneh. Dia katakan, mereka berbincang di saat situasi sudah larut malam.
"Kita ketemu di tempat yang tidak banyak angin," ucapnya untuk memperkuat gambaran bahwa Nazaruddin tidak boleh kena banyak angin.
Meski mengaku bertemu, tim mengaku tidak tahu di mana Nazaruddin bertempat tinggal dan dirawat di Singapura. Yang pasti, tim tidak memaksa Nazaruddin untuk pulang.
"Orang sakit masak kita paksa-paksa pulang," tukasnya.
Perihal Nazaruddin ini mengingatkan kita pada kasus Nunun Nurbaeti yang kini jadi buronan KPK setelah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia periode 2004-2009 .
Baru empat orang bekas anggota DPR yang divonis bersalah dalam kasus ini. Mereka adalah Dudhie Makmun Murod (Fraksi PDIP), Endin AJ Soefihara (Fraksi PPP), Udju Djuhaeri (Fraksi TNI/Polri) dan Hamka Yandhu (Fraksi Partai Golkar)
Nunun Nurbaeti dipanggil pertama kali oleh majelis hakim untuk bersaksi dalam sidang Dudhie Makmud Murod pada 1 April 2010. Namun, majelis hakim hanya menerima surat keterangan dari pihak Nunun. Surat itu dari Dokter Andreas, dokter pribadi Nunun yang menyatakan yang bersangkutan menderita sakit lupa berat. Selanjutnya majelis hakim kembali memanggil untuk kedua kalinya pada 5 April 2010, tapi lagi-lagi Nunun tidak hadir. Begitu juga dengan panggilan ketika pada 12 April 2010, Nunun mangkir dengan alasan sakit. Pada 12 April 2010, kuasa hukum Nunun, Partahi Sihombing memastikan bahwa Nunun telah berada di Singapura untuk menjalani perawatan dan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Majelis hakim kembali memanggil Nunun pada 19 April 2010. Tapi Nunun kembali tidak hadir di persidangan dengan alasan sakit yang sama sehingga majelis hakim tidak memerlukan lagi kesaksiannya. Pada Agustus 2010, KPK mengaku sudah mengirimkan tim ke Singapura mengecek keberadaan Nunun Nurbaeti yang mengaku mendapat perawatan medis, karena penyakit lupa berat. Tapi, pengecekan di Singapura tidak mendapatkan hasil apapun
Baru-baru ini, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengungkapkan, Nunun berada di Phnom Penh sejak 23 Maret. Sebelumnya, penarikan paspor Nunun dilakukan saat berada di Thailand agar posisi keberadaan Nunun terkunci. Tapi mengapa Nunun bisa lolos ke Kamboja? Pemalsuan paspor? Hebat sekali orang yang sakit lupa berat bisa melakukan pemalsuan paspor.
Fakta-fakta di atas diungkapkan kembali untuk mengingatkan lagi pemerintah dan penegak hukum, betapa mudah warga negara yang dekat dengan kekuasaan dan memiliki pundi-pundi uang berlebih, mengelabui hukum.
Pandangan rakyat terhadap kasus Nazaruddin dan Nunun tentu saja sebelas dua belas. Apakah ada pembiaran agar mereka aman di negeri orang? Di benak mereka sudah ada pesimisme. Penanganan terhadap keduanya akan sangat panjang hingga memori masyarakat Indonesia yang amat pendek terpaksa menyerah dibuatnya. Lalu, kasus-kasus lain yang lebih bombastis siap
launching.
KPK dan kementerian terkait terkesan malas meminta bantuan negara-negara bersangkutan demi memulangkan keduanya dan memenuhi rasa keadilan publik dengan tindak nyata.
Kalau begitu coba sebutkan, apa lagi yang bisa rakyat harapkan dari negara ini?
[ald]
BERITA TERKAIT: