Seperti diketahui, ada tradisi yang melekat pada proses pemilihan direktur eksekutif IMF dan juga Bank Dunia. Biasanya, jabatan tertinggi IMF diisi oleh tokoh keuangan Eropa. Sementara puncak Bank Dunia menjadi jatah Amerika Serikat.
Tradisi itu yang ditakutkan akan menimbulkan kemarahan negara-negara berkembang di Asia dan Afrika. Wacana perombakan dominasi Eropa dikemukakan oleh Menkeu Afrika Selatan Pravin Gordhan. Seruan terhadap keadilan, transparansi dan pemilihan berdasarkan kualitas juga disampaikan Cina dan Brazil.
Brazil merupakan salah satu negara yang paling agresif untuk mengakhiri
status quo dalam IMF. Menteri Keuangan Brazil, Guido Mantega menegaskan bahwa perlu diadakan terobosan politik di tubuh IMF. Hal senada juga disampaikan Menteri Keuangan Afrika Selatan, Pravin Gordhan yang menyerukan reformasi keanggotaan di IMF.
Eskalasi suhu di tubuh IMF berkonsekuensi kemunculan sejumlah nama-nama dari negara berkembang bermunculan. Yang menarik, dari Asia Tenggara melejit nama mantan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, yang sejak pertengahan 2010 menjabat Managing Director di Bank Dunia.
Nama Sri Mulyani dilontarkan Menkeu Thailand, Korn Chatikavanij. "Kandidat untuk Direktur Eksekutif IMF harusnya dibuka seluas-luasnya kalau memang IMF itu benar-benar untuk dunia " ujar Korn seperti dikutip
Wall Street Journal edisi Jumat (20/5).
Dua kandidat yang potensial, menurut Korn adalah Menkeu Singapura Tharman Shanmugaratnam dan Sri Mulyani Indrawati. Menurut Korn, Tharman terkenal sangat ketat dan dihormati di kalangan menteri keuangan dunia. Sementara Sri Mulyani saat ini menjabat salah seorang Direktur di Bank Dunia.
Pengamat politik dan aktivis anti-korupsi, Adhie Massardi, mengungkapkan salah satu alasan di balik peluang besar yang dimiliki Sri Mulyani.
"Kemungkinan itu besar karena sekarang ini Indonesia-lah yang paling percaya IMF, dibandingkan negara lain yang sudah berprinsip mudaratnya IMF lebih banyak," ujar Adhie kepada
Rakyat Merdeka Online, Rabu (25/5).
Pada era 1970-an, lanjutnya, IMF menguasai ekonomi banyak negara. Tapi kini mafia ekonomi besar itu bangkrut karena ada mafia baru yaitu China. Selain itu, "resep-resep" IMF dianggap tidak berfungsi lagi karena menjerumuskan pasien-pasiennya ke jurang utang yang makin dalam.
Nah, mengapa Indonesia masih percaya pada IMF, salah seorang yang paling berjasa adalah Sri Mulyani.
"Salah satu brokernya adalah Sri Mulyani. Dana-dana IMF yang terbanyak di Indonesia membuat posisi Indonesia kuat di IMF," terang Adhie.
Karena Indonesia adalah "pasien" terbesar Indonesia dan itu salah satunya berkat perjuangan Sri Mulyani, peluang mantan Menteri Keuangan itu cukup besar untuk menggantikan Strauss-Kahn.
"Tapi, peluang besar itu akan semakin menjelaskan rakyat Indonesia bahwa dia betul-betul boneka neoliberal," tandasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: