Michael Tene: 128 WNI Sudah Dievakuasi 4 ABK Dinyatakan Hilang

Sabtu, 19 Maret 2011, 00:02 WIB
Michael Tene: 128 WNI Sudah Dievakuasi 4 ABK Dinyatakan Hilang
Michael Tene
RMOL.Gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang pada tanggal 11 Meret lalu, meninggalkan kesedihan bagi warga Jepang, juga terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Jepang.

Yang paling ditakutkan pasca tsunami, saat ini pemerintah Jepang sedang berupaya men­cegah terjadi radiasi nuklir dari sejumlah reaktor yang menga­lami kebocoran karena dihantam tsunami.

Untuk mencegah terjadinya korban dari pihak WNI, Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Michael Tene meng­ungkapkan, pemerintah Indone­sia sudah melakukan langkah secepat mungkin untuk menge­vakuasi WNI pada hari pertama terjadinya gempa dan tsunami. Hal ini sebagai upaya menye­lamatkan WNI di daerah yang terkena dampak bencana.

Tene menjelaskan, bencana yang terjadi di Jepang, menye­babkan pemerintah Indonesia mengeluarkan travel advisory bagi WNI yang ingin pergi ke Jepang. Ini dimaksudkan agar WNI yang ingin pergi ke Jepang, mendapatkan informasi perkem­bangan terakhir di negara sakura itu. Selain itu, lanjutnya, agar mereka bisa dicatat nomor kon­tak­nya, sehingga apabila sesuatu terjadi mereka bisa dihubungi perwakilan Indonesia di Jepang.

“Mengimbau warga kita di sana maupun yang akan ke Je­pang untuk selalu mematuhi ara­han dan peraturan yang dikeluar­kan pemerintah Jepang. Mereka juga kita minta mengikuti per­kembangan terakhir dan juga menghindari daerah rawan ben­cana,” tegasnya.

Berikut kutipan wawancara selengkapnya:

Tindakan apa yang dilakukan pemerintah Indonesia pasca gempa dan tsunami di Jepang?

Sejak gempa terjadi, ada dua hal yang menjadi fokus peme­rintah Indonesia, yaitu perlin­dungan warga kita dan tentunya ingin membantu pemerintah Jepang dan rakyatnya dalam menghadapi situasi yang sulit ini.

Apa yang dilakukan peme­rintah terhadap WNI di Je­pang?

Langkah pertama yang kita lakukan adalah membangun jaringan komunikasi, di Kemenlu dibuat situation room, di KBRI dibuat crisis center. Keduanya berfungsi 24 jam dan ada nomor hotline yang bisa dihubungi.

Selain itu?

Langkah berikutnya men­fo­kus­kan pada wilayah-wilayah yang paling parah terkena gempa. Setelah dilihat keseluruhan, seba­gian wilayah Jepang baik, tetapi tiga provinsi termasuk parah. Teru­tama di Perfektur Miyagi dengan ibukotanya Sendai, dan Perfektur Iwate. Pada hari per­tama, kita konsentrasi di kedua provinsi tersebut, khususnya di Sendai.

Bagaimana evakuasi WNI di kedua wilayah tersebut?

Langkah cepat KBRI berhasil mengevakuasi atau memindah­kan 112 warga kita, lalu ditam­pung di beberapa tempat penam­pungan di Sendai, lalu dibawa ke Tokyo dulu, lalu dievakuasi ke Indonesia. Sampai sekarang fo­kus kita mencari WNI, yang difokuskan di Perfektur Miyagi dan di Perfektur Iwate.

Caranya?

Kita terus mendeteksi dan me­nyisir semua tempat-tempat pe­nam­pungan dan beberapa rumah sakit yang ada di Miyagi maupun Iwate untuk menemukan warga Indonesia di kedua wilayah tersebut.

Bagaimana dengan di wila­yah Fukushima yang terjadi ke­bocoran reaktor nuklir?

Sambil upaya evakuasi dilaku­kan, ada perkembangan baru bahwa di Fukushima ada reaktor nuklirnya yang rusak dan menim­bulkan ancaman radiasi. Oleh karena itu, sejak awal KBRI su­dah mengambil langkah-langkah untuk mengevakuasi WNI yang relatif dekat dengan reaktor ter­sebut. Saat itu ada tiga WNI yang dievakuasi KBRI dan langsung dibawa ke Tokyo.

Ada langkah-langkah taktis lain menghindari radiasi nuklir di Fukushima?

Terkait dengan penanganan radiasi nuklir, sejak awal, KBRI meminta warga kita yang berada di radius di bawah 50 km sampai 50 km dari PLTU, diminta untuk meninggalkan wilayah itu dan KBRI membantu evakuasi me­reka ke Tokyo. Sedangkan me­reka yang ada di radius 50 km sampai 100 km diimbau kalau tidak ada keperluan, tidak perlu keluar rumah. Kemudian jangan membawa barang-barang dari luar yang terkontaminasi udara. Intinya berhati-hati.

Ada data kuantitatif di ketiga wilayah tersebut?

Sebagai gambaran, dari angka yang kita peroleh di tiga provinsi itu, Miyagi, Iwate dan Fuku­shima, tercatat sekitar 502 orang WNI, dari jumlah itu, 396 orang sudah dipastikan selamat.

Bagaimana dengan WNI yang dipulangkan ke Indone­sia?

Mereka semua yang dievakuasi dari tiga provonsi itu ditampung di Sekolah Indonesia Tokyo. Dari sana diupayakan untuk dipulang­kan ke Jakarta, menunggu 1-2 hari, menginap di sekolah itu. Tetapi sifatnya sukarela, mereka yang mau pulang ke Indonesia kita pulangkan. Jadi tidak kita paksakan.

Sejauh ini sudah berapa WNI yang dievakuasi ke Indo­nesia?

Hingga sekarang sudah ada tiga proses evakuasi, tanggal 15 Maret ada 99 WNI, tanggal 16 Maret ada 10 WNI, dan tanggal 17 Maret ada 19 WNI. Jadi  total ada 128 orang WNI yang sudah dipulangkan ke Indonesia.

Kendala apa yang dihadapi dalam penanganan WNI di Je­pang?

Rusaknya infrastruktur seperti jalan, dan juga sarana telekomu­nikasi yang hingga sekaran masih terputus.

Apa ada WNI yang me­ninggal?

Korban WNI yang meninggal belum ada laporan, kecuali ada 4 ABK WNI yang bekerja di kapal ikan Kanimaru nomor 3 yang dikatakan hilang. Jadi keberadaan mereka belum diketahui.

Apakah pemerintah mem­be­rikan sumbangan kepada Je­pang?

Bantuan dari pemerintah Indo­nesia adalah bantuan sebesar dua juta US dolar, dalam bentuk ba­rang berupa sepuluh ribu selimut yang diminta oleh pemerintah jepang, termasuk barang kebutu­han yang mereka perlukan. Lalu pemerintah mengirimkan tim bantuan, Tim SAR dan medis, jumlah timnya ada 60, tapi yang sudah diberangkatkan terlebih dahulu ada 15 orang. [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA