Antara Soekarno, Sepakbola, dan Politik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 28 Desember 2010, 11:00 WIB
Antara Soekarno, Sepakbola, dan Politik
ir. soekarno/ist
RMOL. Saat Presiden Soekarno berkuasa, sepakbola Indonesia merupakan yang terdepan di Asia.

Bahkan era 1960-an hingga era 1970-an, empat pemain Tim Asian All Star berasal dari Tim Indonesia. Mereka adalah Soetjipto Soentoro, Jacob Sihasale, Iswadi Idris dan Abdul Kadir.

Di bawah komando sang Proklamator, Indonesia mengalungi medali perak Asian Games 1962. Waktu itu, Indonesia selalu menekuk Jepang dan Korea Selatan hingga 4-0. Bahkan tuan rumah Piala Dunia 2002,  Jepang,  belajar bola pada Galatama untuk mempersiapkan piala J-League.

Masa Soekarno, jangan bicara  soal Thailand, Malaysia dan Singapura. Malaysia yang telah membantai Indonesia dengan 3-0 dalam final leg pertama piala AFF 2010, tidak selevel dengan Indonesia.

Perlu juga diingat, era Soekarno tidak ada iming-iming hadiah, gaji, atau bonus khusus untuk pemain jika berjaya di lapangan hijau. Kebanggan mereka hanya satu: bersalaman dengan sang Pemimpin Besar Revolusi di Istana Negara.

Memang, bagi Soekarno, sepakbola bukan sekedar permainan tapi juga alat perjuangan di awal kemerdekaan Indonesia. Dalam pandangan Soekarno, sepakbola bisa menjadi senjata untuk melawan kapitalisme.

Era Soekarno, kita juga diingatkan dengan Games of The New Emerging Forces (GANEFO) tahun 1962. Bung Karno memang yakin, olahraga tidak bisa dipisahkan dari politik. [yan]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA