"Profesionalisme adalah hal yang dibutuhkan kita semua. Dalam keadaan normal, Anda bisa merasa semua orang menjadi Menko (Perekonomian), menteri keuangan atau gubernur bank central," ujarnya dalam sebuah pelatihan di gedung DPD. Jakarta (Selasa, 2/11).
"Tapi pada saat krisis, Anda akan baru tahu kalau Anda bisa menimbulkan kesengsaraan pada 230 juta penduduk kalau Anda membuat sedikit saja kesalahan di bank sentral atau pun di Depkeu," tambahnya tanpa menyebut nama siapa menteri yang dimaksud.
Guru besar Ekonomi Universitas Indonesia ini mengatakan orang baru sadar keperluan kebijakan ekonomi sama halnya ketika orang baru sadar butuh dokter ketika sakit. Dia lalu membandingkan, saat ini Indonesia membutuhkan Menko Perekonomian seperti seorang dokter
specialist yang bisa melakukan operasi darurat di kamar operasi pada saat-saat genting.
"Dunia yang kita hadapi ke depan akan penuh dengan gejolak dan globalisasi tidak membuat dunia ini jadi lebih nyaman. Karena globalisasi memudahkan penularan penyakit di dunia dan itu dipermudah lagi melalui perkembangan IT," jelasnya.
Dia menyontohkan krisis yang terjadi di Perancis. Di Perancis APBN-nya tidak bisa dipakai untuk membayar pensiun penduduk yang semakin membludak. Akhirnya Perancis memperpanjang usia pensiun menjadi 62 tahun. "Yang marah adalah anak-anak muda karena dihambat oleh generasi tua yang masih bekerja. Tetapi generasi tua jadi marah karena tidak bisa menikmati pensiun lebih cepat," tutupnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: