BANJIR WASIOR

29 Tewas, Istana Minta Peta Kebencanaan Mutakhir Disiapkan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Selasa, 05 Oktober 2010, 17:33 WIB
29 Tewas, Istana Minta Peta Kebencanaan Mutakhir Disiapkan
ilustrasi
RMOL. Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat diminta menyiapkan peta kebencanaan termutakhir dalam menghadapi banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, sehingga segala potensi kebencanaan di dua provinsi tersebut dapat diidentifikasi dengan tepat.

Identifikasi dini terhadap potensi bencana juga akan memberikan kemudahan terhadap upaya mitigasi bencana di wilayah paling timur itu.

Hal tersebut dikatakan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai, di Jakarta beberapa saat lalu (Selasa, 5/10).

“Saya telah berkomunikasi dengan pejabat Pemkab dan Pemprov setempat. Selain perlu dilakukan upaya-upaya tanggap bencana secara tepat, Pemerintah lokal perlu meneliti penyebab terjadinya banjir. Apakah banjir tersebut merupakan siklus alam, perubahan iklim, ataukah kerusakan lingkungan. Karena itu, keberadaan peta kebencanaan lokal menjadi sangat penting,” kata Velix.

Kota Wasior di Teluk Wondama dilanda banjir pada Minggu lalu (3/10) yang telah menewaskan 29 orang dan mengakibatkan hancurnya bangunan, jembatan, serta sejumlah infrastruktur. Hingga saat ini, sekitar 150 orang masih dinyatakan hilang, sementara ratusan warga lainnya masih tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Menurut Velix, Papua Barat dan Papua selama ini dikenal memiliki potensi bencana gempa bumi dengan intensitas yang cukup tinggi. Terjadinya banjir bandang mengindikasikan keberadaan potensi bencana non-gempa yang perlu diwaspadai. Apabila potensi bencana itu tidak diantisipasi sejak dini, kehidupan masyarakat dan masa depan lingkungan dikhawatirkan akan terganggu.

“Pemprov dapat bekerja sama dengan universitas atau lembaga penelitian untuk membuat peta kebencanaan lokal. Untuk mendeteksi potensi gempa, Pemprov dapat melibatkan para ahli dalam menyusun peta mikrozonasi. Sedangkan untuk mengidentifikasi potensi banjir, para ahli dapat didorong untuk memetakan secara rinci situasi degradasi lingkungan serta berbagai dampak perubahan iklim yang patut kita cermati,” lanjutnya.

Velix berharap, Pemprov Papua dan Papua Barat mempertimbangkan penyusunan peta kebencanaan sebagai prioritas program pembangunan yang harus dilakukan dalam jangka pendek. Peristiwa banjir bandang terakhir, kata Velix, mengirimkan pesan bahwa pembuatan peta kebencanaan itu semakin mendesak untuk dilakukan. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA