Kita boleh bangga, beberapa kali intelijen kita begitu cepat dalam melaporkan hasil temuannya kepada Presiden soal ancaman pembunuhan yang ditujukan pada Presiden Yudhoyono dan jajaran pejabat negara.
Kita teringat, beberapa jam setelah tragedi Bom Mega Kuningan, pada Juli 2009, SBY dengan wajah sangat serius menunjukkan hasil kerja intelijen yang patut diacungi jempol. Hasil jepretan kamera dan dokumen-dokumen rencana pembunuhan terhadap SBY diumbar sendiri oleh Pak Beye ke publik dan membuat publik panik bukan main saat itu.
Terakhir, pada awal Agustus, Presiden Yudhoyono mengaku mendapat ancaman keamanan dari pihak-pihak yang berniat tidak baik dalam kunjungan kerjanya ke Ciwidey, Jawa Barat.
"Saya mendapat laporan tadi malam dari jajaran pengamanan. Ada diantara anak bangsa yang punya niat tidak baik yang sekarang ada di sekitar Ciwidey," kata Presiden saat melakukan peninjauan di Sekolah Calon Tamtama Rindam III Siliwangi, Jawa Barat, Sabtu (7/8).
Tak lama setelah SBY menyatakan data intelijen itu, penggerebekan teroris di Jawa Barat berlangsung sukses. Berujung pada penyergapan Ustad Abu Bakar Baasyir di Banjar, Jawa Barat dua hari setelah SBY mengungkapkan ancaman pada dirinya.
Kini, berkali-kali sudah aksi perampokan bersenjata api terjadi di negara ini. Sporadis dan sadis. Ada anak bangsa yang menjadi korban tewas, luka-luka, dan trauma. Senjata api yang digunakan tak main-main, AK-47, M-16, sampai senjata revolver.
Lalu, apa respons Pak Beye? Sejauh mana analisa intelijen kita? Hingga sekarang tampaknya Kepolisian RI dibiarkan sendirian mengatasi persoalan serius ini tanpa dukungan kuat dari Presiden dan institusi keamanan lain. Apa SBY dan badan intelijen negara tidak ikut merasakan kepanikan dan mencekamnya konstelasi keamanan, sebelum ada ancaman pada nyawa Presiden sendiri?
Wakil Ketua Komisi I DPR, Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin, mengungkapkan rencana komisinya melakukan rapat kerja dengan Badan Intelijen Negara untuk mengurai carut marutnya situasi kemanan belakangan ini.
"Ya, penting sekali peran intelijen untuk mengusut. Ada rencana dalam waktu dekat untuk memanggil BIN tapi saya belum bisa tentukan kapan tepatnya," ujar TB saat dihubungi Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu.
TB menuturkan, maraknya perampokan bersenjata akhir-akhir ini bukan persoalan biasa yang harus disikapi dengan cara biasa pula.
"Pasti ada motif politiknya," ujar TB.
Kini, masyarakat masih dijerat ketakutan. Gerombolan perampok sadis bak "koboi-koboi Texas" merajalela di berbagai daerah. Sebaiknya, SBY juga menaruh perhatian mendalam pada kenyataan ini. Rakyat tak nyaman beraktivitas sehari-hari. Saat di keramaian pun selalu merasa diintai aksi perampok bersenjata yang bisa kapan saja terjadi dan menelan korban. Apa Pak SBY tak merasa terancam?
[ald]
BERITA TERKAIT: