Muhidin dikabarkan bakal didampingi bakal calon wakil gubernur, H Hasnuryadi Sulaiman, anggota DPR RI yang juga pengusaha Hasnur Group, sekaligus pemilik klub sepakbola Barito Putra.
Perspektif hadirnya duet digdaya itu kian viral dan jadi pembicaraan publik, setelah muncul foto keduanya mengapit sosok Haji Isam, crazy rich nasional dari Batulicin, yang dikenal sosok paling berpengaruh di tanah Banua.
Pertanyaan warga Banua di berbagai media sosial, apakah duet digdaya Muhidin-Hasnuryadi (MuHas) itu mewakili kepentingan dunia pertambangan semata, yang terbukti tidak berdampak pada kesejahteraan warga Banua, ataukah masih ada harapan bahwa duet itu benar-benar akan mengabdikan dirinya dengan membawa keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan perlindungan atas kekayaan dan lingkungan hidup tanah Banua?
Bersatunya duet digdaya itu diakui menimbulkan kekhawatiran tersendiri, khususnya dari kalangan kritis.
Salah satu kekhawatiran mereka, posisi pengusaha akan makin kuat berhadapan dengan warga yang mengalami ketidakadilan atas nama investasi tambang. Seringkali tanah milik warga dengan mudah diambil alih, tanpa diindahkan hak-hak pemiliknya. Bukan itu saja, bahkan beberapa kali terjadi konflik tambang berakhir tragis, hingga membawa korban tewas dari warga yang mempertahankan tanahnya.
Pada 2021 lalu, seorang advokat bernama Jurkani, terbunuh saat mendampingi konflik tambang ilegal. Jurkani dikenal sebagai pejuang dan pembela keadilan yang amat vokal membantu pihak-pihak yang dirugikan dalam persoalan hak atas tanah mereka.
Di situlah letak kerawanan konflik tanah yang berkaitan dengan investasi tambang atau pun lahan sawit di Kalimantan Selatan.
Bukankah kekayaan alam di Kalimantan Selatan wajib dilindungi untuk membawa manfaat bersama, bukan malah menjadi sumber konflik, bahkan berujung pada pembunuhan?
Kasus terbunuhnya Jurkani bukanlah yang pertama. Sebelumnya ada seorang guru dikabarkan dibacok hingga tewas, karena persoalan jalan tambang batubara. Ada juga seorang wartawan akhirnya tewas di penjara, karena menulis perebutan lahan sawit.
Belum lama ini, sekitar April 2023, juga terjadi pembunuhan terhadap Sabriansyah (63). Mayatnya ditemukan di Desa Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar. Pembunuhan berawal dari sengketa lahan dan pemblokiran jalan hauling.
Semua kejadian tragis itu memang tidak berkaitan langsung dengan Pilgub, dan tidak ada hubungan langsung dengan orang per orang di dalamnya.
Satu hal yang patut dicatat, bahwa munculnya kekhawatiran itu wajib menjadi perhatian dan komitmen dari Haji Muhidin dan Haji Hasnuryadi, jika ditakdirkan memimpin Kalimantan Selatan. Karena tegaknya keadilan jadi kunci utama keberhasilan pemerintahan.
Saya melihat ada dua hal yang bisa menjadi rujukan untuk menilai sosok Haji Muhidin dan Haji Hasnuryadi itu.
Pertama, keduanya merupakan putra Banua, usaha besar mereka tidak memiliki rekam jejak negatif di masyarakat, seperti terlibat konflik atau perbuatan tidak adil terhadap warga. Dari sisi itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan atas rekam jejak mereka sebagai pengusaha.
Kedua, keduanya merupakan pengusaha besar dan sukses, mengawali karir dari bawah. Artinya, keduanya bukan pengusaha kaya raya karena terjun atau aktivitasnya sebagai pejabat pemerintahan atau pejabat publik.
Dengan demikian, jika ditakdirkan memimpin, keduanya bisa diandalkan tidak saja untuk tidak bergeming dengan perilaku koruptif, tetapi juga memberi optimisme bagi terwujudnya good government di Kalimantan Selatan.
Dua realitas yang menjadi catatan atas reputasi baik dari Haji Muhidin dan Haji Hasnuryadi diatas, menurut saya merupakan bagian kekuatan utamanya.
Bahkan, bukan tidak mungkin niat tulus memimpin Kalimantan Selatan itu bagian dari komitmen menjaga reputasinya sebagai sosok yang tidak saja sukses sebagai pengusaha, tetapi sekaligus pemimpin politik yang berhasil membangun kemajuan, keadilan dan kesejahteraan bagi warga Banua.
Itulah harapan kami. Semoga saja.
*Pemerhati politik.
BERITA TERKAIT: