Ada suasana yang terulang di Pilpres 2024 ini, yaitu suasana yang mirip dengan Pilkada DKI Jakarta 2017. Di mana Anies Baswedan saat itu sama sekali tidak diperhitungkan lolos putaran kedua oleh mayoritas lembaga survey.
Sejak tengah November 2016, enam kali survei oleh enam lembaga menunjukkan hasil yang konsisten bahwa Anies selalu di nomor buncit. Bahkan dalam survei terakhir yang dirilis LSI satu bulan jelang pencoblosan, Anies-Sandi bukan saja tetap nomor buncit. Namun selisih dukungannya dibanding Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, apalagi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), semakin jauh.
Dalam survei LSI, elektabilitas pasangan Anies-Sandi hanya 21,4 persen. Sementara pasangan petahana Ahok-Djarot di angka 32,6 persen dan pasangan Agus di angka 36,7 persen.
Ada yang tak tersentuh oleh lembaga survey yaitu keinginan besar warga DKI yang menginginkan perubahan. Di kotak suara pada putaran pertama, warga DKI melakukan perlawanan untuk menjungkirbalikan hasil survey lembaga survey yang diindikasikan lebih memihak ke Ahok dengan memilih Anies sebagai gubernur harapan baru.
Hasil rekapitulasi yang dilakukan dari level Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) hinga pleno yang dilakukan oleh KPU DKI Jakarta pada putaran pertama membuktikan hasil perlawanan warga DKI.
Hasil dari proses rekapitulasi itu yakni, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mendapatkan suara 937.950 dengan persentase 17,02 %, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat memperoleh 2.364577 dengan persentase 42,99 %, sedangkan pasangan nomor urut 3 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno memperoleh 2.197.33 dengan persentase 39,95 %.
Anies lolos ke putaran kedua, warga DKI bersorak karena berhasil menjungkirbalikan hasil survey lembaga survey yang mengatakan Anies gugur di putaran pertama.
Di putaran kedua, Anies yang berhadapan dengan Goliath Ahok kembali diprediksi kalah. Kembali mayoritas lembaga survey mempertontonkan angka bahwa Anies tumbang dan Ahok keluar sebagai pemenang Pilkada DKI 2017.
Bahkan yang dikatakan mendapat rapor biru seperti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA saat putaran kedua hanya mematok suara Anies-Sandi pada angka 51,4 persen. Selisih prediksi suara Anies-Sandi dengan Ahok-Djarot versi LSI-Denny JA hanya 8,7 persen, jauh berbeda dengan real count KPU yang mencapai 15,9 persen.
Hasil putaran kedua tersebut lagi-lagi adalah bentuk perlawanan warga DKI terhadap keangkuhan lembaga survey.
Perlawanan warga DKI pada putaran pertama membuat swing voters di putaran kedua terseret arus perlawanan ini. Dan Anies mendapat tambahan dari
swing voters sekitar 6-8 persen yang tadinya lebih memilih Ahok pada putaran pertama, dan semakin menebalkan angka perolehan suara Anies terhadap Ahok di putaran kedua yang berhasil dimenangkan Anies.
Pilpres 2024 pun Anies mengalami hal yang sama. Layaknya
dejavu, Anies sejak awal ditetapkan Nasdem sebagai bacalon presiden, semua lembaga survey selalu menempatkan di posisi buncit.
Dari survei Poltracking yang di rilis 16 Mei 2022, Ganjar bertengger di posisi pertama dengan raihan 30,6 persen. Posisi kedua diikuti oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sementara tempat ketiga diduduki oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sementara hasil survey IPS yang di rilis pada 1-8 Agustus 2022 menunjukkan Prabowo Subianto di peringkat pertama dengan raihan 30,2%. Kemudian disusul Ganjar Pranowo di posisi kedua dengan suara 19,9%. Urutan ketiga adalah Anis Baswedan dengan perolehan 18,9%.
Saat memasuki Oktober 2022 di mana Anies memasuki masa akhir jabatan Gubernur DKI, kembali warga DKI melakukan perlawanan terhadap hasil lembaga survey yang selalu memojokan Anies di urutan buncit dengan melakukan mobilisasi secara mandiri untuk datang berbondong-bondong dan tumplek mulai dari halaman Balaikota DKI sampai Bundaran HI, media mencatat ada sekitar 300 ribu warga berkumpul.
Perlawanan warga DKI yang dilakukan 16 Oktober 2022 menular ke seluruh penjuru Indonesia. Itu dibuktikan di mana setiap kunjungan Anies di berbagai daerah warga secara mandiri memobilisasi dirinya untuk sekedar menyambut calon pemimpin yang diyakini akan membawa perubahan kehidupan di Indonesia.
Gelombang massa yang selalu tumpah ruah menyambut kedatangan Anies di daerahnya menjadi pembanding secara alamiah dengan hasil survey lembaga survey yang tetap menempatkan Anies di peringkat buncit.
Lembaga survey tak bergeming dengan fakta lapangan dengan tetap menempatkan Anies di nomor buncit. Berdasarkan hasil survei LSI yang lakukan pada 1-8 Juli 2023. LSI menempatkan Prabowo Subianto 25,3 persen, Ganjar Pranowo 25,1 persen, Anies Baswedan 15,4 persen.
Masuknya Muhaimin yang ditetapkan sebagai cawapres Anies pada 2 September 2023 di Surabaya, semakin memperbesar barisan massa yang mengharapkan perubahan melalui pasangan Amin.
Warga di
grass root mengambil sikap tak peduli dengan hasil survey dan terus menggelembungkan jumlah massa di setiap kunjungan pasangan Amin seakan menjawab bahwa hasil survey dari lembaga survey adalah sebuah kesalahan.
Kini pemilu memasuki tahapan akhir masa kampanye, dan rakyat pemilih kemungkinan besar akan kembali menunjukan perlawanannya di kotak TPS mengingat semakin besarnya gelombang massa yang mengharapkan perubahan sekaligus untuk kembali menjungkirbalikan hasil survey lembaga survey.
Penulis adalah Deputi Disabilitas Timnas Amin dan Presidium Perhimpunan Aktivis 98
BERITA TERKAIT: