Sigit wafat siang itu pukul 11.45 WIB di rumahnya di Yogyakarta. Ia meninggalkan istri, dua putra, menantu dan satu cucu.
Menjelang naik ke pesawat saya sempat menelepon istrinya, Yunita Bintang, dan Dandung, putranya. Saya mohon maaf tidak bisa berada di tengah mereka yang tengah berkabung.
Sigit (72) sudah tiga tahun menderita stroke. Saya beberapa kali ke Yogya untuk menjenguknya. Terakhir, awal Juni lalu. Bersama istri dan tiga cucu. Dua di antaranya, ini yang saya kawal ke Bangkok sekarang: Aisha Bintang Ramadhan (17) dan Rania Adiradya Bintang (11).
Menjelang perkuliahannya di Fakultas Psikologi Bina Nusantara dimulai, Aisha berlibur ke Bangkok. Sebagai hadiah sudah menjadi mahasiswa dan apresiasi atas perjuangannya dua bulan mengurus pendaftaran dan ikut tes masuk perguruan tinggi.
Sebenarnya, Aisha diterima juga di Universitas Diponegoro untuk jurusan sama. Aisha sangat ingin kuliah di Undip. Namun dia kooperatif ketika Oma dan kedua orang tuanya merasa berat melepas anak gadisnya tinggal jauh dari mereka.
World Scholar's Cup Rania, siswi kelas 6 SD Mentari Intercultural School Jakarta (MISJ). Dia akan berkompetisi untuk perlombaan menulis esai dan debat. Rania bersama tim terdiri 15 pelajar MISJ diutus sekolahnya mengikuti World Scholar’s Cup kompetisi yang berlangsung di Bangkok, Thailand, 25 sampai dengan 30 Agustus 2023 dan babak akhirnya di Yale University, USA bulan Oktober 2023.
Prestasi ini diraih setelah sebelumnya MISJ lolos babak kualifikasi di World Scholar’s Cup Jakarta Round. MISJ berharap berharap besar bisa menang lagi di Negeri Gajah Putih itu. Pada World Scholar’s Cup yang digelar pada 14-19 Juli 2023 di Seoul, Korea Selatan lalu ia meraih banyak penghargaan.
Rania ikut berkompetisi di tingkat global, setelah sebelumnya melewati babak regional di Jakarta, Maret lalu. Dari
event tersebut, ia berhasil memperoleh 3 medali emas dan 2 perak, sekaligus dinyatakan memenuhi kualifikasi untuk maju berkompetisi di tingkat global. MISJ telah mengikuti ajang World Scholar’s Cup yang telah diadakan sejak tahun 2010.
Don MuangLepas dari urusan tugas mengawal cucu, saya memang menyukai Bangkok, Thailand. Beberapa kali saya ke negara yang merupakan satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meski begitu, tetap saja selalu waspada.
Thailand juga negeri punya tradisi kudeta dalam pertarungan politik. Aktivis di sana terbilang militan. Baru-baru ini aksi mereka melumpuhkan bandara internasional Suvarnabhumi berhari-hari membuat wisatawan sengsara.
Saya pertama kali ke Bangkok tahun 1982 meliput Festival Film Asia Pacific. Rombongan dari Indonesia antara lain Roy Marten, Dicky Zulkarnaen, Dewi Yull, dan Vina Panduwinata.
Waktu itu Vina belum menarik perhatian. Baru setahun setelah itu namanya melesat bak meteor bergelar sebagai Diva Indonesia setelah meluncurkan hitsnya "
Burung Camar".
Setelah itu beberapa kali ke Bangkok lagi untuk urusan produksi film "
Operasi Pembebasan Woyla". Film yang mengangkat kisah pembajakan pesawat penumpang DC 9 Garuda merupakan produksi Dewan Film Nasional.
Film Nasional yang berbiaya besar masa itu karena syutingnya di dua lokasi Palembang dan Bangkok. Kameranya saja pakai Panavision yang tajam.
Dicky Zulkarnaen berperan sebagai Herman Rante, pilot pesawat tersebut. Ada juga Cok Simbara dan Simon Cader. Ada pun saya, nah ini dia. Sebagai Abu Sufyan: kawanan pembajak pesawat itu.
Waktu itu istri sangat tidak merestui saya ikut-ikutan main film. Tapi saya senang perannya, apalagi terpilih berdasar seleksi sutradara MT Risyaf, sutradara yang membesut film "
Naga Bonar" yang sukses itu. Sebelum syuting saya mengikuti latihan menembak segala. Ikut survei lokasi syuting di Palembang dan Bangkok.
Lokasi pembajakan pesawat sendiri di bandara Don Muang. Di situlah pesawat parkir dan penumpangnya disandera sebelum akhirnya dibebaskan oleh tim dari Jakarta.
Tetapi film itu tidak bisa ditonton masyarakat. Produksinya terhenti di tengah jalan karena kehabisan dana. Mestinya tidak. Film itu dibiayai pemerintah. Saya menduga doa istri diijabah Allah. Menurut pengakuannya, siang malam dia memang mengadukan saya ke Tuhan mengapa "tersesat" main film dengan lakon orang jahat.
Wisata Murah Bangkok atau Thailand memang terkenal dengan wisata murah. Seperti
street food, kabaret atau wisata malam, wisata belanja, wisata kuil-kuil yang megah, phuket, krabi, dan pattaya.
Thailand dikunjungi sekitar 40 juta turis selama periode 2018-2019. Artinya setiap tahun 20 juta turis. Itu yang memberikan penerimaan rata-rata sebesar 30 miliar dolar AS setahun. Setelah itu pandemi Covid-19 mengubah segalanya.
Jumlah kunjungan turis melorot drastis, dan ekonomi Thailand terkontraksi 6,2 persen pada 2020. Bahkan pada tahun lalu, ketika beberapa negara Asia berhasil bangkit, pertumbuhan ekonomi Thailand tercatat sebagai yang terendah di antara 10 negara di kawasan Asia.
Setelah pandemi berlalu, otoritas pariwisata Thailand memperkiraan tahun 2023 jumlah kunjungan wisatawan akan meledak: mencapai 30 juta jiwa. Atau tiga kali lipat dari 11,15 juta pada 2022.
Sekian dulu. Pesawat mau
landing di Bandara Suvarnabhumi -- merampungkan penerbangan Garuda, 3 jam 10 menit dari Jakarta.
Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: