Apakah Duloh cinta Aslem? Dijawab: "Enggak. Dia enggak saya apa-apain. Karena dia anggap saya seperti bapak dia yang sudah meninggal," jawab Duloh kepada pers.
Mungkin, pengakuan itu kiat Duloh meringankan hukuman. Polisi sudah menetapkan, geng serial
killer ini terbukti membunuh sembilan orang. Dikenakan Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Sangat mungkin bakal dihukum mati.
Selidik punya selidik, Duloh tidak membunuh Aslem, atas perintah Wowon (60). Duloh bagai monster pembunuh yang sangat patuh pada Wowon.
Lalu, mengapa Wowon tidak memerintahkan Duloh membunuh Aslem? Jawab Wowon begini: "Karena dia tidak pernah protes soal uang Rp 300 juta yang sudah disetor ke kami itu."
Ealaa... tak disangka. Sebabnya sepele. Jadi, geng serial
killer ini menipu para TKW, total sekitar Rp 1 miliar selama belasan tahun. Ditipu dengan dalih uangnya digandakan. Terbukti bohong.
Nah, TKW yang protes ke Wowon, atau minta duit kembali, itulah yang dibunuh. Eksekutornya Duloh.
Wowon: "Soalnya, saya 'kan malu kalo ditagih-tagih terus. Biar cepet beres, saya serahkan ke Duloh." Maksudnya, korban diserahkan ke Duloh untuk dibunuh. Cara bunuhnya tiga: Dicekik atau diracun. Bisa kombinasi keduanya.
Dari situ tergambar pola kejahatan geng ini. Pola tradisional. Wowon pamer sulap ke istrinya Wiwin (sudah dibunuh) uang Rp 10 ribu dimasukkan amplop, lalu amplop dibuka jadi Rp 100 ribu. "Ceritakan ke teman-temanmu TKW, saya bisa menggandakan uang," ujar Wowon.
Itu belasan tahun silam (tepatnya masih disidik polisi). Hasilnya, beredar dari mulut ke mulut TKW: Wowon bisa menggandakan uang. Lalu, para TKW di luar negeri transfer uang ke Wowon untuk digandakan. Uang gaji TKW. Per bulan. Rutin. Bagian penerima uang: Dede Solehudin (35) adik Wowon.
Para korban yang protes, dibunuh. Keluarga Wowon yang tahu itu (saksi) dibunuh. Satu-satunya korban tidak protes, ya Aslem.
Aslem cerita ke wartawan, begini:
Dia janda warga Desa Kendaljaya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jabar. Jadi TKW di Dubai, Uni Emirat Arab, sejak 2007. "Tahun itu juga saya kenal Yeni, sesama TKW di Dubai," cerita Aslem.
Yeni adalah isteri Dede, adik Wowon, yang juga promosi dukun Wowon. Yeni dibunuh dua kali gagal, kini ia ada di Dubai.
Aslem: "Yeni cerita, abang ipar dia bisa menggandakan uang. Namanya Wowon. Akhirnya saya teleponan Wowon. Ia bilang, kalo mau gandain uang, transfer uangnya ke Dede. Saya jadi percaya, sebab Dede suami Yeni."
Gaji Aslem jika dirupiahkan sekitar Rp 6 juta per bulan. Sejak 2010 Aslem mulai transfer rutin ke rekening Dede. "Kadang Rp 3 juta, kadang Rp 4 juta. Kata Pak Wowon, nanti bisa buat beli rumah," kata Aslem.
2010 Aslem dapat cutin dua bulan, boleh pulang ke Tanah Air. Dia telepon memberitahu Wowon.
Ternyata Wowon menganjurkan Aslem, jangan pulang ke Karawang. Mending ke Cianjur. Tepatnya di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Cianjur, Jabar. Di situ rumah Wowon, bertetangga dengan Dede dan Duloh.
Aslem menurut. Pulang ke sana. Tinggal di satu rumah kosong yang dikontrak Duloh. Aslem jadi sering ketemu Wowon, Dede dan Duloh.
Anehnya, Aslem tidak pernah tanya soal uang yang sudah dia setorkan. "Saya pengen bilang, tapi gak enak. Karena uangnya belum banyak. Apalagi, mereka (geng serial
killer) baik ke saya," cerita Aslem.
Sebaliknya, Duloh tanya ke Wowon. Apakah Aslem perlu 'dikirim' ke Duloh? artinya dibunuh. Wowon segera menjawab:
"Jangan. Kasihan dia. Orangnya baik. Enggak pernah tanya uang."
"Siap," balas Duloh.
Ternyata di sana Aslem sempat akit. Demam. Duloh mengaku, merawat Aslem.
Duloh: "Enggak diapa-apain. Dia dikasih sayang sama saya. Dia sakit saya obatin, dikerokin. Tapi enggak ada rasa srek (asmara). Kayak ke anak sendiri sama si Aslem, karena dia sudah enggak punya bapak."
Aslem selalu berjilbab. Wajah tidak cantik. Juga tidak jelek. Sedang saja. Penampilan lugu seperti umumnya wanita desa. Kulit putih. Pipi montok. Terkesan memelas.
Dua bulan Aslem tinggal di situ, sampai masa cuti habis, dia kembali ke Dubai.
Sementara, setoran Aslem ke rekening Dede terus jalan. Rutin. "Itung-itung saya nabung ke mereka," katanyi.
Sejak itu Aslem diberi HP oleh Wowon. Sekaligus, Aslem dilarang telepon keluarga di Karawang. Jadi, hampir setiap hari Wowon telepon ke Aslem lewat HP pemberian Wowon itu.
Februari 2022 Aslem dapat cuti tiga bulan. Lagi, didesak Wowon agar Aslem menghabiskan cuti di Cianjur. Aslem menurut juga. Dia dikontrakkan rumah di Cianjur. Tapi, sebulan kemudian Aslem dipindah Wowon ke Bandung (belum terungkap alasannya).
April 2022 Aslem telepon Wowon, maksa minta pulang ke Karawang, sebab ada keluarga Aslem meninggal.
Wowon menyanggpi. Ia memerintahkan Duloh menjemput Aslem di Bandung untuk diantarkan pulang ke desa Aslem di Karawang. Duloh menurut.
Duloh: "Saya jemput Aslem. Saya bawain tas dia. Kami naik angkot oper-oper, sampai Bekasi oper ke Karawang."
Dalam perjalanan, Aslem ditelepon Wowon, diperintahkan agar Duloh jangan mengantar sampai ke rumah keluarga Aslem di Karawang. Cukup sampai di jalanan dekat rumah saja.
Aslem menurut. Kebetulan, Aslem sudah kontak keluarga, dan akan dijemput adik ipar Aslem di ujung jalan desa.
Kira-kira, Wowon mikir, jika Duloh jumpa keluarga Aslem, bisa muncul kecurigaan macam-macam. Terutama soal uang Aslem sekitar Rp 300 juta yang sudah dihabiskan Wowon Cs.
Perjalanan angkot Duloh dan Wiwin tiba di ujung jalan Desa Kendaljaya, Karawang.
Duloh: "Akhirnya nyampe ujung jalan desa. Aslem bilang ke saya: 'pak udah aja nyampe sini, karena sudah ada yang jemput adek saya berdua sama kakak ipar'. Kita turun 'Pak cepetan kata Ki Banyu (Wowon) nggak boleh ketemu sama adik saya."
Duloh turun angkot. Jalan kaki, mencari angkot yang balik arah. Di situ Duloh terharu melihat Aslem. Yang tak pernah protes. Sampai air mata Duloh meleleh.
Duloh: "Di situ saya keluar airmata, liat Aslem. Orang baik." Serial
killer, mewek.
Maksudnya, baik, tidak pernah menanyakan uang Rp 300 juta yang sudah ditilap geng serial
killer ini.
Setelah kasus ini terbongkar, dan dimuat banyak media massa, Aslem tahu juga. Kepada wartawan, Aslem mengatakan, cuma sekitar tiga tahun pertama (sejak 2010) dia rutin transfer ke rekening Dede. Setelah itu jarang-jarang. "Tapi total sekitar Rp 300 juta-an," ujar Aslem.
Berdasar pemeriksaan polisi, uang Aslem yang masuk ke rekening Dede Rp 288 juta. Tapi, polisi masih mengusut lebih lanjut. Termasuk aliran uang dari para korban lain.
Dari kisah Aslem, terselip hikmah, bahwa target pembunuhan bisa tidak dibunuh jika berperilaku seperti itu. Aslem sendiri tidak tahu bahwa TKW lain dibunuh geng Wowon.
Walaupun Aslem kehilangan uang segitu. Tapi dia selamat dari kemungkinan pembunuhan. Padahal sudah berada di dekat pembunuh sadis. Orang Jawa bilang: Untung masih hidup.
Penulis adalah Wartawan Senior
BERITA TERKAIT: