KETIKA Brazil tumbang, Spanyol tersingkir, dan Portugal akhirnya juga terjungkal, tak banyak yang sungguh-sungguh kesal.
Maklum semua penggemar bola paham sejak 15 tahun terakhir ini kekuatan sepakbola sejumlah negara memang seimbang. Wabil khusus negara-negara yang ranking versi FIFA-nya “satu-dua digitâ€.
Sebagai catatan, ranking 32 negara finalis terendah adalah Ghana (61), sedangkan Qatar sebagai shohibul bait berada di peringkat ke-50.
Di kelompok 4 yang Rabu (14/12) dan Kamis (15/12) besok akan menjalani prosesi “road to final†adalah Argentina ranking 3 versus Kroasia yang berada di posisi 12. Kemudian juara bertahan Perancis ranking 4 berhadapan dengan semi-finalis pertama dari benua Afrika, Maroko yang berada di perungkat 22.
Puncak kesetaraan kekuatan ini pertama kali digelar di pentas Piala Dunia Qatar. Tak mengherankan jika Qatar disebut “padang mashyar†sepakbola. Umat Muslim paham padang Mashyar adalah lapangan maha luas. Pasca kiamat, di tempat inilah semua mahluk dibangkitkan untuk dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan. Pengadilan akherat. The Judgment Day.
Tak pandang kasta, tak pandang harta, tak pandang gelar dan kehormatan. Semua sama. Yang membedakan amal ibadah dan kadar keimanan.
Begitulah kurang lebih Qatar bagi 32 timnas itu. Tak perduli punya gelar Juara Dunia 5 kali seperti Brazil, Jerman (4 kali), Inggris (1), Uruguay (2), Spanyol, ketika banyak melakukan kesalahan, iman perjuangannya lemah, dan tidak fokus, ya tergelincir. Tersingkir. Masuk neraka kekalahan.
Kesetaraan kekuatan itu membuat hampir semua partai di Piala Dunia Qatar, mulai dari babak penyisihan grup hingga “putaran 16†sampai “perempat final†berkualitas final. Super soccer.
Memang dalam perspektif bisnis sentra sepakbola dunia itu ya Eropa. Tapi jangan salah, pemasok pemain profesional di klub-klub sohor Eropa itu adalah negara-negara yang sepak terjangnya di Qatar sangat cetar.
Lihatlah dua negara yang akan mengawali babak semifinal, yaitu Argentina dan Kroasia. Nyaris semua pemainnya merumput di klub-klub tangguh Eropa: Inggris, Italia, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Jerman.
Tak heran jika beberapa pemain, baik dari Argentina maupun Kroasia, sangat tidak asing satu dengan lainnya karena kerap bertemu di medan liga Eropa.
Dalam situasi seperti ini, bagaimana bisa kita menganalisa permainan atau strategi kedua tim untuk kita nilai mana yang lebih baik.
Kata kuncinya, tim yang akan masuk jurang kekalahan adalah tim yang banyak melakukan kesalahan dan iman sepakbolanya lemah, serta tak kehilangan keberuntungan.
Dalam konteks ini, kalau bisa memilih, saya pilih Argentina yang lolos. Dengan harapan, Perancis bisa menjinakan Maroko, Singa Atlas, pembuat legenda sepakbola Afrika.
Kalau itu terjadi maka dalam duel final Kylian Mbappe, superstar Perancis, bisa ketemu bintang Argentina Lionel Messi.
Kita tahu, bersama bintang Brazil Neymar Jr, Messi dan Mbappe adalah trisula PSG (Paris Saint-Germain), klub elite Prancis yang dibeli penguasa Qatar. Hehe.
Penulis adalah Jurubicara Presiden keempat RI Gus Dur, yang juga pecinta sepakbola
BERITA TERKAIT: