Kita memasuki suatu era baru, dimana aset hutan akan mengambil alih aset sumber daya alam atau sumber daya ekonomi lain. Setiap jengkal utan, setiap batang pohon, setiap miligram O2 yang dihasilkan adalah kekayaan finansial yang dapat dihitung secara pasti.
Tidak pura-pura Inggris datang jauh jauh ke Jakarta hanya untuk memberi gelar kepads presiden Jokowi dan indoneaia sebagai
climate change super power. Tau apa artinya ini? Kekuatan
super power telah bergeser. Yang lebih mendasar lagi konsep
super power-nya telah diubah.
Jika dulu punya senjata, punya industri berat, punya teknologi, maka akan mendapat julukan
super power. Kekuatannya
super, dan
power-nya besar. Lalu dayanya besar untuk mengangkat beban dunia.
Tapi sekarang semua
super power lama sudah tidak berdaya mengangkat beban dunia, mereka telah takut, mereka tidak berdaya menghadapi tantangan pendinginan alam, dan pemanasan yang ekstrem. Senjata mereka sudah tidak berguna lagi menghadapi hawa dingin.
Jika tidak segera memperbaiki diri maka mereka akan bernasib sama dengan kaum sebelumnya, suatu kaum yang dihantam gelombang yang sangat dingin, sehingga mereka terjatuh seperti pelepah pohon kurma.
Itulah mengapa Indonesia berada di pucuk pimpinan mengusung agenda perubahan ini, Indonesia menjadi kekuatan
super power baru, dengan senjata ditangannya, senjata kemanusiaan.
Senjata menyelamatkan untuk menyelamatkan bumi. Doa dalam Pembukaan UUD 1945 berkat rahmat Allah, maka Indonesia menjadi harapan bagi zaman baru mengganti zaman lama. Rimbun Bhumi Amparan Salam.
Pertamina kembali menjadi kunci, karena pertanian bukan kebun sawit, Pertamina bukan tambang batubara, Pertamina punya hutan, Pertamina memelihara jutaan pohon, kembali akan menjadi kunci
green rupiah syetem menggantikan
petrodolar system.
Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
BERITA TERKAIT: