Berita duka itu dikirim Rita, Carmel, Lola, Carla beserta Cucu & Cici atas nama keluarga besar.
Info itu segera menyebar di berbagai group WA. Saya membacanyanya di grup WA Pengurus PWI Pusat.
Almarhum memang wartawan. Wartawan sangat senior. Tokoh pers dan film Indonesia. Saya mengenal Setiadi (tepatnya berguru pada Setiadi) saat ia menjadi redaktur
Harian Sinar Harapan, surat kabar terpandang dan terbesar di Indonesia. Setelah media itu dibreidel pemerintah dan kemudian terbit lagi dengan nama baru
Harian Suara Pembaruan, Mas Setiadi Tryman diangkat menjadi Pemimpin Redaksi pertamanya.
Saya merasa sangat kehilangan atas kepergian Setiadi Tryman. Sedih kehilangan seorang sahabat dan mentor sekaligus. Saya yakin perasaan kehilangan itu juga dirasaksn kalangan pers dan perfilman Indonesia pada umumnya.
Kami bersahabat lama dengan beliau. Sikapnya yang egaliter sangat mengesankan dalam posisinya sebagai pemimpin redaksi media besar. Orangnya sangat rendah hati, dan memilih banyak banyak tersenyum dengan humor-humor bernasnta. Di dunia film Setiadi sudah mencapai tingkat ketokohan yang dihormati masyarakat film. Sudah berkali kali menjadi juri FFI pada saat saya baru mulai menjadi wartawan. Namun sejak perkenalan pertama praktis setelah kami menjalin persahabatan.
Mas Setiadi lah yang menjadi penopang utama di masa saya menjabat Ketua Humas Festival Film Indonesia (FFI) dan Festival Sinetron (FSI), tiga priode -- 15 tahun -- di masa Harmoko menjadi Menteri Penerangan.
Setiadi Tryman satu angkatan dan teman gaul Harmoko yang kelak menjadi Menteri Penerangan tiga priode di masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Sebelum itu Setiadi sudah mengikuti dinamika kehidupan seniman dan budayawan dengan ikut berkecimpung dalam komunitas Seniman Senen yang terkenal di Jakarta. Di situ bergaul dengan aktor terkenal Soekarno M Noer dan Haji Misbach Jusa Biran, antara lain.
Saat menjadi Pemred
Harian Suara Pembaruan, saya sering diundang untuk menulis ulasan film dan bahkan menulis artikel itu langsung di kantornya. Di meja dalam ruangan kantornya. Kawan senior lain yang juga teman kolaborasi kami di masa itu adalah Paul Lumban Tobing, redaktur film
Sinar Harapan. Paul juga termasuk tokoh wartawan film yang terpandang di masanya.
Markas kami masa kolaborasi itu di kantor Dewan Film Nasional, Menteng Raya. Di sini berkantor juga sahabat lama Setiadi. Namanya Zulharmans Said dan Chaidir Rahman yang merupakan kawan perjuanggan sejak tahun 1950an.
Zulharmans Said adalah Ketua Umum PWI Pusat yang sekaligus menjabat Direktur Utama PT Perusahasn Pengedar Film Indonesia (Perfin). Wartawan senior Chaidir Rahman juga berkiprah di PT Perfin.
Pernah dalam kurun yang panjang, setiap sore, sepulang kantor, kami berkumpul di Dewan Film National sampai tengah malam. Lokasi Dewan Film di tengah kota, Jalan Menteng Raya.
Suatu kali saya ingat, suatu sore datang seorang teman wartawan film namanya Gagar Mayang Dia datang untuk curhat. Ceritanya, puterinya mendadak dibatalkan oleh gurunya untuk ikut Paskibraka. Pokok soalnya, menurut cerita Gagar Mayang, sejak gagal itu, anaknya menjadi pemurung, tidak punya nafsu makan.
Gagar minta teman -teman mendukungnya menuntut guru sekolah anaknya. Saya setuju. Teman-teman mendukung. Terakhir ia minta pandangan ke Setiadi Tryman.
Namun, Setiadi tidak setuju. Dia mengajukan pandangan lain. “Coba cek dulu ibunya anak kamu Gagar. Anaknya dikasih makan apa, lauknya apa? Data ini penting diketahui,†tanya Setiadi.
Gagar langsung menukas, “Apa hubungannya Mas?“
“Ya, banyak. Seumpama anak itu dikasih makan dengan lauk ikan asing, masuk akal kalau dia tidak nafsu makan. Jangankan anakmu, gurunya pun saya khawatir tidak nafsu makan juga kalau lauknya ikan asin,†papar Setiadi.
Semua terdiam menyimak pandangan itu. Yang gusar hanya Gagar Mayang seorang. Rencana gugatan kepada guru itu memang tidak berlanjut.
Setiadi sepengetahuan saya memang tabu untuk menggunakan cara konfrontasi dalam menyelesaikan masalah. Dia meyakini dialog atau saling mendengar adalah kuncinya. Teman yang curhat diminta cari tahu secara jelas duduk perkara suatu masalah dengan pendekatan humoristis supaya soal berat pun jadi ringan.
Contoh tadi itu. Betapapun tak puas, toh kekesalan Gagarma yang bisa diredam dengan humor. Bicara soal diplomasi humor Setiadi memang ahlinya.
Surat-Surat NyasarKarya Setiadi Tryman dalam karir sebagai wartawan dan film yang bisa dikenang berhasil menulis banyak sekenario film dan rubrik “Surat-Surat Nyasar†di
Sinar Harapan.
Di rubrik yang digawanginya itu semua masalah yang dibahas, serumit apapun, dia pecahkan dengan selera humor tinggi. Tak heran jika “Surat-Surat Nyasar†memiliki pembaca fanatik dalam jumlah besar.
Di tangan Setiadi humor menjadi serius. Atau hal serius bisa encer dibuatnya dalam kemasan humor. Gayanya kritis tapi tidak menyakiti, nyeleneh, tapi mengundang senyum.
Atas permintaannya setelah pensiun, “Surat-Surat Nyasar†itu dilanjutkan pemuatannya di Tabloid
Cek & Ricek. Sempat terbit beberapa tahun sampai Setiadi sendiri menghentikan karena tidak punya waktu banyak lagi untuk mengisinya secara rutin. “Surat-Surat Nyasar†di
Sinar Harapan maupun di Tabloid
C&R menggunakan logo karikatur wajah Setiadi Tryman.
Beberapa kali Setiadi sempat menyambangi saya di kantor
C&R. Ngobrol-ngobrol sambil bersenda gurau.
Belakangan lama kami tidak berkomunikasi lagi. Tapi berita duka kepergiannya yang beredar di WAG membuat sedih, membuat saya membuka kembali kenangan-kenangan manis persahabatan kami tempo hari.
Setiadi Tryman lahir di Demak, Jawa Tengah. Setamat SMA ia melanjutkan kursus manajemen, seni drama HBS di Solo (1955), ATNI di Solo (1957) dan Workshop film Directing (KFT).
Sebelum terjun ke dunia film ia menjadi wartawan. Dari
Berita Indonesia (1960),
Sinar Harapan (1962-1986), kemudian memimpin surat kabar Suara Pembaruan. Anggota Dewan Film Nasional yang juga anggota PWI yang terjun pertama kali di dunia film sejak tahun 1964 sebagai penulis skenario.
Kini Setiadi Tryman, sahabat yang sekaligus mentor itu telah pergi mendahului kita. Selamat jalan sahabat senior dan mentor kami. Semoga Tuhan memberimu tempat lapang, nyaman, dan indah di sisiNya.
BERITA TERKAIT: