Beliau sudah ditokohkan dengan berbagai macam pengabdiannya sebagai seorang Muslim keturunan Tionghoa. Seyogianya memang tidak patut ikut mencampuri urusan internal umat Buddha khususnya, yakni renovasi pembangunan vihara mereka.
Masih banyak ladang amal lain yang tersedia dan terbuka luas di tengah lautan umat Islam yang masih membutuhkan uluran tangan Pak Jusuf Hamka. Meskipun ada semacam permintaan atau perintah dari tokoh yang disegani dalam komunitas Buddha Tionghoa itu.
Hati-hati ada 'jebakan betmen' di sana yang mengubah citra Pak Jusuf Hamka yang sudah berada di puncak karier. Maka saran saya sebagai orang yang hormat kepada Pak Jusuf Hamka, sebaiknya ditolak saja karena lebih banyak mudharatnya daripada faedah yang didapat.
Konsep Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin itu bukan seperti itu, sehingga jangan menimbulkan stigma di sebagian kalangan menjadi pintu masuk mengintevensi urusan dapur orang lain.
Sebagai seorang mualaf dan pemilik mesjid Babah Alun itu, terlalu kecil pahalanya yang diperoleh jika itu dianggap itu sebagai kerja-kerja semata-mata untuk Lillahi taala, bisa jadi umat Islam yang sudah menaruh harapan dan respek kepada Pak Haji Jusuf Hamka juga akan risih melihatnya.
Bila sekadar jadi pelindung panitia karena jalinan hubungan baik keetnisan serta sebagai tokoh masyarakat ya bolehlah. Lumrah itu. Tapi kalau enggak urgent apalagi pengurus sebaiknya ditolak saja. Masih ada ladang amal terbuka luas untuk Pak Haji Jusuf Hamka.
Sejauh ini pun dengar-dengar bahwa para pengurus atau tim panitia lainnya enggan menolak, sehingga ini bisa menimbulkan gesekan antarumat atau elite yang ada didalamnya.
Banyak jalan menuju Sorga, silakan pilih Pak Jusuf. Asal jangan yang itu. InsyaAllah, Tuhan
Ora Sare.

Agung Mozin
BERITA TERKAIT: