Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Harun Masiku Novel Baru

Rabu, 22 Januari 2020, 09:59 WIB
Harun Masiku Novel Baru
Harun Masiku/Net
ADA cerita novel baru tentang perburuan kader PDIP yang terlibat suap Harun Masiku. Ketika suara koor elemen penegak hukum bahwa Masiku sedang di luar negeri, fakta terberitakan justru dia berada di tanah air.

Selorohnya adalah Masiku di pelupuk mata tidak terlihat. Rupanya ada upaya melindungi dirinya yang dapat berefek domino pada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Berita terakhir dari Ketua KPK Firli Bahuri progres perburuan Masiku adalah kerjasama dengan imigrasi, penerbitan perintah penangkapan, serta minta bantuan Polri.

Memang progres yang belum menggembirakan. Hasto yang ada disini pun tak bisa "ditangkap" padahal itu jalan penting menuju Masiku. Jika dibalik. Lalu timbul pertanyaan seriuskah KPK ingin menangkap Masiku?

PDIP all out melindungi dan melawan KPK. Tidak tanggung tanggung Menteri Hukum dan HAM diterjunkan sebagai tim hukum. Preseden buruk bernegara.

Bagai cerita novel fragmen suap komisioner ini. Ada kisah bocor sprinlidik segala yang dikemukakan anggota DPR dari PDIP Masinton Pasaribu. Dia kaget ada orang misterius menyerahkan map padanya. Isinya sprinlidik KPK he he. Cerita yang berputar-putar.
 
Bayangan mengawang pada kisah Novel Baswedan yang juga berputar-putar. Betapa sulitnya menangkap dan memproses hukum penyiram air keras ke wajahnya dua setengah tahun yang lalu.

Ternyata sama saja dengan "gajah di pelupuk yang tidak terlihat". Pelakunya adalah polisi aktif yang tak jelas kapan akan dibawa ke pengadilan. Dulu kasus penusukan Wiranto juga terkubur di telan bumi.

Beda diantara kedua novel adalah yang satu korban yang lain pelaku. Novel masih harus bersabar sedang Masiku melompat-lompat sembunyi di ruang tunggu. Sutradara berfikir keras mengolah cerita ke dalam film. Agar enak ditonton siapa tahu berada di puncak box office.

Bapak Kepala Negara tolong dong dibenahi negara tercinta kita dengan kebijakan yang tegas, jelas, dan tuntas. Jangan sampai kita digelari sebagai negara telenovela.

Terlalu banyak cerita novel yang bertele-tele. Tidak bermutu dan tidak berefek jera. rmol news logo article

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA