Anies-Sandi Dan Pengkhianatan Terhadap Konstituen

Minggu, 30 April 2017, 07:25 WIB
PROSES Demokrasi pilkada DKI Jakarta menghasilkan kejutan dengan menangnya paslon penantang secara telak, melebihi apa yang diperkirakan kedua tim pemenangan.

Kemenangan spektakuler Anies-Sandi sedikit mengubah peta politik nasional bahkan internal partai pendukung Ahok-Djarot.

PPP misalnya yang kini menjadi tiga bagian, Golkar dan ketua umumnya yang tersandung e-KTP. Konstelasi politik dari kedua partai era orba ini tak bisa dihindari dengan kekalahan mereka dalam pilkada DKI Jakarta. Pun demikian Anies-Sandi akan sangat butuh mereka dalam memimpin Jakarta lima tahun mendatang.  

Anies-Sandi bukanlah tipikal politisi. Mereka kolaborasi akademisi dan pengusaha sehingga menjadi penting bagi mereka untuk mengajak semua parpol di parlemen Jakarta. Walaupun kini Anies-Sandi memiliki Gerindra, PKS dan PAN akan tetapi keduanya tetap butuh Golkar dan PPP. Saat itulah Anies-Sandi akan berhadapan dengan dua kepentingan, parpol dan rakyat.

Selain itu Anies-Sandi juga akan berhadapan dengan kepentingan  pengusaha yang selama ini sudah bekerjasama dengan pemda DKI Jakarta. Tak bisa dipungkiri Anies-Sandi juga butuh swasta dalam membangun Jakarta. Saat itulah keduanya berhadapan dengan korporasi dan rakyat. Artinya ada TIGA kelompok besar yang berbeda kepentingan dan Anies-Sandi harus mensintesakan ketiganya.

Pertama Anies-Sandi perlu mengantisipasi programnya dalam bentuk proyek akan menjadi perebutan anggota DPRD DKI yang akan kembali mencalonkan diri pada pileg 2019, artinya pembahasan RAPBD 2018-2019 merupakan pembahasan balas budi. Mahalnya cost politics akan dapat memaksa para caleg incumbent berbuat curang dalam pembahasan RAPBD DKI nantinya.

Kelompok kedua yang pastinya tak ingin berdiam diri akan nikmatnya 'kue' kekuasaan adalah pengusaha. Gejala ini mulai tampak ketika hasil quick-count mengunggulkan Anies-Sandi. Pengusaha dan korporasi yang awalnya menentang program hunian DP nol rupiah saat itu sekarang mulai mendukung. Bahkan terang-terangan menyatakan siap mewujudkan program tersebut.

Kelompok ketiga yang paling besar kepentingannya adalah konstituen, di dalamnya termasuk relawan tim pemenangan. Rakyat merupakan tujuan utama dari kampanye yang dilakukan Anies-Sandi, memanusiakan manusia begitulah kampanye yang nyaring terdengar dan lima tahun menjadi tantangan bagi keduanya untuk mewujudkannya.

Pertanyaan besarnya adalah ke mana Anies-Sandi akan patuh? Apakah Anies-Sandi akan tetap bersama rakyat, wakil rakyat atau malah menjadi budak korporasi yang menjual program dan memberi uang. Bulan Oktober setelah dilantik nanti Anies-Sandi akan mulai menjawabnya, dan tim pemenangan maupun relawan yang menjadi pendukung keduanya harus keluar dari fanatisme.

Mengawal Anies-Sandi bukan hanya berada dalam lingkaran kekuasaan, berada dil uar pun bukan pilihan salah dengan kritik-kritik yang menghujam kedalam sanubari keduanya. Sesungguhnya kepada Anies-Sandi akan terus datang, upaya berbuat khianat terhadap rakyat terbuka lebar. Tradisi politik kita yang suka berbagi kekuasaan masih sangat kuat bahkan sudah menjadi karakter.

Anies-Sandi sebaiknya jangan takut pada DPRD dan korporasi bahkan jangan takut pada Prabowo maupun Sohibul akan tetapi takutlah bila mengkhianati rakyat, mereka sangat ikhlas memilih anda bahkan rela menolak memilih orang-orang yang menyuap mereka dengan sembako.[***]


Don Zakiyamani
Komisioner Komunitas Pecinta Kopi (KPK)
Pondok Kemuning, Langsa Lama


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA