HMI boleh berpolitik, karena HMI selain sebagai medan "
intellectual exercise (latihan berintelektual" juga "
political exercise" (latihan berpolitik)", sehingga berpolitik sah-sah saja.
Namun harus diingat, paradigma politik yang mesti dipakai HMI adalah politik nilai, karena di tubuh HMI melekat nilai-nilai tauhid, nilai-nilai keislaman, Nilai-nilai dasar perjuangan. Sehingga bila HMI mengabaikan politik nilai, maka prinsip dasar HMI yang terlihat dalam tujuannya pun akan terciderai.
Bila kader HMI menggunakan politik nilai, ia akan betul-betul berpolitik demi kemaslahatan umat dan bangsa. Ia akan memperjuangkan keadilan, menegakkan kebenaran dan tidak akan berkhianat. Dan tentu politik nilai ini melandaskan diri pada nilai-nilai keislaman, sehingga jauh dari bohong, menipu, apalagi sekadar memperjuangkan kepentingannya sendiri demi merengkuh kekuasaan.
HMI harus menghindari jauh-jauh politik tanpa nilai yang melandaskan gerakan politiknya pada manuver pribadi atau kelompoknya saja demi mendapatkan jatah kekuasaan tertentu. Lobi-lobi dan kasak-kusuk untuk mencapai
will to power (keinginan berkuasa) harus dihindari. HMI tidak bisa memperjuangkan vested interest-nya. HMI tetap harus obyektif dan berjuang membela kaum mustadhafin.
Mohammad IlyasKandidat Ketua Umum PB HMI Periode 2013-2015
Wasekjen PB HMI
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI