Greenpeace Sebut Bencana Sumatera Tak Seperti Penelitian Ratusan Tahun Lalu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Minggu, 07 Desember 2025, 15:02 WIB
Greenpeace Sebut Bencana Sumatera Tak Seperti Penelitian Ratusan Tahun Lalu
Manajer Iklim dan Energi Greenpeace, Iqbal Damanik. (Foto: Tangkapan Layar)
rmol news logo Permasalahan bencana alam di 3 Provinsi Sumatera yang berakibat pada korban meninggal mencapai 914 jiwa, ternyata tidak terdeteksi secara akademis sejak ratusan tahun lalu.

Manajer Iklim dan Energi Greenpeace, Iqbal Damanik mengulas hasil penelitian ratusan tahun lalu, mengenai potensi bencana di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. 

Katanya, Indonesia sebagai negara dengan geografis yang dilintasi garis Khatulistiwa, tidak pernah diprediksi akan terdampak bencana karena pengaruh iklim.

"Siklon tropis itu, itu nggak pernah lewat di garis Khatulistiwa. Tidak pernah mendekati bahkan. Itu riset dari ratusan tahun. Itu nggak pernah," ujar Iqbal dikutip dari podcast Torpedo, pada Minggu, 7 Desember 2025.

Menurutnya, Badai Siklon Tropis yang diprediksi dalam penelitian ratusan tahun lalu, justru melintasi negara tetangga Indonesia di Asia Tenggara.

"Yang selalu menjadi wilayah bencana, itu seperti Filipina. Setiap tahun mereka beradaptasi dengan bencana. Mereka punya siklon di sana," tutur Iqbal.

"Tapi garis Khatulistiwa itu nggak punya karakteristik bencana seperti yang terjadi saat ini. Artinya itu anomali. Anomali cuaca. Disebut sebagai cuaca ekstrim," sambungnya memaparkan.

Lebih lanjut, Iqbal memastikan siklon tropis yang lewat di Indonesia tidak lebih besar tipenya daripada yang beberapa bulan lalu ini melintas di Filipina. 

"Tapi di Filipina korbannya sekitar 30. Indonesia sekarang mencapai angka 700," urainya.

Oleh karena korban bencana Sumatra yang disebut pemerintah karena cuaca ekstrem, tidak disebabkan karena persoalan tunggal, akan tetapi karena ada perubahan ruang hidup dan lingkungan alam yang terjadi.

"Kenapa kemudian ada siklon lewat wilayah garis katulistiwa, wilayah ekuator ini. Itu disebabkan, itu yang disebut sebagai krisis iklim. Sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan terjadi, itu akan terjadi," katanya.

"Jadi krisis iklim itu ya pasti bencana. Sekarang persoalannya, enggak cuma krisis iklimnya terjadi. Di Sumatra Utara, kondisi ekologisnya juga sudah parah. Yang (disebabkan karena) diforestasi tadi," demikian Iqbal menambahkan. rmol news logo article


EDITOR: AHMAD ALFIAN

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA