"Saya pikir serakahnomics yang juga jadi musuh dari Pangeran Diponegoro beserta laskar-laskar dan para pejuangnya. Selama Indonesia belum lepas dari serakahnomics ini untuk bisa jadi bangsa besar, adil, makmur, itu tentunya akan berat sekali," tegas Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono saat hadir dalam peringatan milad Pangeran Diponegoro ke-240 tahun di Ndalem Yudonegaran, Yogyakarta, Selasa, 11 November 2025.
"Saya coba terjemahkan apa yang disampaikan Presiden tentang serakahnomics," katanya.
Agus Jabo menyebutkan aktor serakahnomics pertama adalah imperialisme, yakni kekuatan yang sampai sekarang merampok sumber daya alam Indonesia untuk kemajuan negara lain. Kedua, ia menyebutkan oligarki atau segelintir orang yang menguasai sumber daya alam Indonesia.
"Yang, ketiga, adalah birokrat korup," tegasnya.
Menurutnya, saat direfleksikan unsur yang ada di dalam serakahnomics, masalahnya sama dengan saat Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda. Saat ini Indonesia memang sudah merdeka, tapi hakikat kemerdekaan belum terwujud.
"Karena kita masih dikuasai musuh bangsa, musuh rakyat dan musuh negara. Ini jadi hal penting yang kemudian kita harus tempatkan serakahnomics ini jadi persoalan bangsa yang harus kita enyahkan dari bumi pertiwi yang kita cintai," kata Agus Jabo.
Pada Perang Jawa, Pangeran Diponegoro sudah mengingatkan Belanda untuk segera pergi dari bumi pertiwi. Bila tetap di Indonesia maka tak boleh berdagang di luar Batavia, Semarang, dan Surabaya.
"Satu hal terpenting yang harus kita refleksikan, jika anda ingin tetap di sini kaum kolonial, silakan, selama anda mengubah jati diri anda bukan menjadi orang Eropa, tapi menjadi orang Jawa," katanya.
Menurutnya, perang Jawa bukan sekadar perang ekonomi dan politik, tapi juga perang identitas, kultur, dan jati diri. Sebab, dengan hilangnya jati diri bangsa, kekuatan imperialisme akan mudah menguasai bangsa Indonesia.
"Mari kita kembali ke jati diri bangsa kita," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: