Begitu dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garuda Astacita Nusantara (GAN), Muhammad Burhanuddin. Kata dia, filosofi kepemimpinan harus menjadi sosok berbeda di antara kumpulan.
Baginya, dalam setiap pertemuan selalu hadir dua tipe manusia, mereka yang hanya datang dan mereka yang meninggalkan kesan.
“Ada yang sekadar hadir, dan ada yang meninggalkan kesan. Saya memilih menjadi yang kedua,” ujar Burhanuddin dalam keterangan tertulis, Minggu 26 Oktober 2025.
Ia menilai banyak orang memahami networking hanya sebagai ajang memperbanyak kenalan, hadir di banyak pertemuan, atau berbagi kartu nama. Namun, menurutnya, jaringan tanpa nilai tidak akan menciptakan makna maupun peluang.
“Networking dengan nilai menciptakan peluang dan ingatan. Yang membedakan hanya satu, apa yang bisa kita berikan, bukan apa yang kita harapkan,” tambahnya.
Burhanuddin menjelaskan bahwa prinsip tersebut berasal dari nasihat sang ayah yang mengatakan bahwa pemimpin bukan soal jabatan, tetapi tentang siapa yang akan tetap dikenang setelah jabatan itu hilang.
Ia juga menilai bahwa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menjadi contoh bagaimana pemimpin mampu menghadirkan kekuatan dan ketulusan dalam waktu yang bersamaan.
Menurutnya, Prabowo berhasil membangun kedekatan dengan rakyat melalui sikap rendah hati dan kepedulian yang nyata.
“Pemimpin harus bisa diterima semua kalangan. Ketegasan Pak Prabowo sejalan dengan kasih sayang kepada rakyat. Beliau hadir memberikan harapan, bukan hanya program,” tuturnya.
Burhanuddin menitipkan pesan untuk para generasi muda yang ingin menjadi bagian dari perubahan bangsa, agar selalu mengutamakan nilai dan kontribusi dalam setiap langkah.
“Mulailah memberi nilai sebelum mencari pengakuan. Jangan takut berbeda selama perbedaan itu bermanfaat,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: