“Peristiwa tragis yang dialami pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, malam tadi saat demo DPR sungguh sangat memprihatinkan dan kami sesalkan,” ujar Wakil Ketua PP GPK Adrian Azhari Akbar Harahap, kepada RMOL, Jumat 29 Agustus 2025.
Selain menyesalkan peristiwa kemanusiaan tersebut, sebagai sesama umat muslim, Adrian mengucapkan turut berbelasungkawa dan semoga arwahnya diterima di sisi Allah SWT.
Tokoh muda NU ini memandang bahwa kejadian ini bisa menjadi titik awal mereformasi institusi Polri agar ke depannya dapat lebih humanis, demokratis dan jauh dari narasi-narasi represif dan kekerasan.
“Gus Dur sebagai presiden yang melepaskan Polri dari TNI 18 Agustus 2000 lalu akan sangat kecewa kalau Polri yang embrionya dibidani beliau melihat di Polri masih melekat sifat militeristiknya,” tegasnya.
Berkaca dari peristiwa tragedi kemanusiaan yang menimpa Affan, Adrian meminta penuh harap agar Presiden Prabowo melakukan evaluasi total terhadap institusi Polri.
“Tidak hanya aspek struktural maupun kulturalnya, namun juga aspek filosofisnya,” tegasnya.
Untuk aspek filosofisnya, Adrian menyebut bahwa Polri sejatinya harus benar-benar mengaktualisasikan peran dan fungsinya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
“Saya khawatir tagline fungsi pelindung, pengayom dan pelayan hanya sebagai jargon tanpa bisa terinternalisasi baik ke seluruh Personel Polri,” tegas mantan Bendum IPNU ini.
Meski begitu, Adrian menyebut kesalahan anggota Polri menjadi tanggung jawab penuh pimpinan di institusinya. Jika belum ada political will Presiden Prabowo untuk memperbaikinya, Adrian khawatir institusi Polri akan semakin menjauh dari masyarakat sebagai objek tupoksinya.
“Poinnya bahwa menyampaikan aspirasi tidak relevan diintimidasi yang berujung hilangnya hati nurani hingga mati. Apalagi sebagai sesama anak negeri,” pungkas Adrian.
BERITA TERKAIT: