Demikian dikatakan peneliti media dan politik Buni Yani dalam keterangannya yang dikutip Minggu 25 Mei 2025.
Buni Yani megatakan, Jokowi sedang melakukan konsolidasi kekuatan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan melakukan tes loyalitas melalui kasus dugaan ijazah palsu ini.
"Seperti diharapkan Jokowi, akhirnya Kapolri Jenderal Sigit Listyo menunjukkan loyalitasnya yang tanpa
reserve," kata Buni Yani.
Menurut Buni Yani, seperti diharapkan Jokowi, Listyo Sigit Prabowo tidak mungkin melupakan jasanya yang telah menjadikannya Kapolri yang melompati lima angkatan.
"Jokowi melakukan ini semua karena Wapres Gibran sedang berada di ujung tanduk pemakzulan," kata Buni Yani.
Publik menekan Presiden Prabowo Subianto agar segera mengganti Gibran dengan Wapres yang lebih cakap dan punya kapabilitas.
Di bawah inisiasi purnawirawan TNI, publik ikut mendesak agar Gibran diganti karena telah melakukan perbuatan tercela lewat postingan akun Fufufafa di platform Kaskus.
"Akun Fufufafa diduga kuat milik Gibran," kata Buni Yani.
Buni Yani berpendapat, Jokowi tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut yang membahayakan posisi Gibran, lalu menjadikan dirinya menjadi sasaran tembak melalui kasus ijazah palsu.
Dalam hal ini, strategi Jokowi menggunakan kasus ijazah palsu sebagai senjata membalikkan keadaan mempunyai dua keuntungan.
Keuntungan pertama, kasus ini akan mengalihkan perhatian publik dari serangan ke Gibran menjadi serangan ke dirinya.
"Keuntungan kedua, kasus ini adalah tes loyalitas kepolisian di bawah Listyo Sigit yang selama ini menjadi sekutu utamanya," kata Buni Yani.
BERITA TERKAIT: